+ All documents
Home > Documents > Laporan Kimia Organik Sabun Transparan

Laporan Kimia Organik Sabun Transparan

Date post: 10-Dec-2023
Category:
Upload: untira
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia masih sedikit terdapat industri yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku yang diproses untuk menghasilkan suatu produk. Salah satu industri yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku adalah industri pembuatan sabun.Sabun merupakan benda wajib yang kita pakai setiap hari. Tanpa sabun mandi terasa tidak bersih karena sabun mengangkat kotoran yang menempel pada tubuh kitaSabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan juga bentuk umumnya. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan adalah NaOH (Natrium/Sodium hidroksida) dan KOH (Kalium hidroksida). Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang dinamakan sabun. Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah sabun mandi yang dapat menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain seperti sabun mandi biasa (opaque) dan sabun transculent. Sabun tranparan yang menarik, mewah dan berkelas menyebabkan sabun transparan dijual dengan harga yang relatf lebih mahal. Pendirian sabun industri transparan merupakan salah satu jenis usaha yang cukup menjanjikan mengingat pasar sabun transparan masih jenuh dan terbuka lebar. Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara yang berbeda. Salah satu metode yang tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol dengan pemanasan lembut untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian diberi pewarna dan pewangi. Warna sabun tergantung pada pemilihan bahan awal dan bila tidak digunakan bahan yang berkualitas baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan berwarna sangat bening. Pengaplikasian sabun transparan pada saat ini mulai berkembang pesat, penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci. Sabun transparan merupakan salah satu produk industri
Transcript

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia masih sedikit terdapat industri yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku yang diproses untuk menghasilkan suatu produk. Salah satu industri yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku adalah industri pembuatan sabun.Sabun merupakan benda wajib yang kita pakai setiap hari. Tanpa sabun mandi terasa tidak bersih karena sabun mengangkat kotoran yang menempel pada tubuh kitaSabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan juga bentuk umumnya. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan adalah NaOH (Natrium/Sodium hidroksida) dan KOH (Kalium hidroksida). Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang dinamakan sabun.

Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah sabun mandi yang dapat menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain seperti sabun mandi biasa (opaque) dan sabun transculent. Sabun tranparan yang menarik, mewah dan berkelas menyebabkan sabun transparan dijual dengan harga yang relatf lebih mahal. Pendirian sabun industri transparan merupakan salah satu jenis usaha yang cukup menjanjikan mengingat pasar sabun transparan masih jenuh dan terbuka lebar. Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara yang berbeda. Salah satu metode yang tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol dengan pemanasan lembut untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian diberi pewarna dan pewangi. Warna sabun tergantung pada pemilihan bahan awal dan bila tidak digunakan bahan yang berkualitas baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan berwarna sangat bening.

Pengaplikasian sabun transparan pada saat ini mulai berkembang pesat, penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci. Sabun transparan merupakan salah satu produk industri

2

kimia yang sangat dibutuhkan masyarakat oleh karena itulah kami melakukan percobaan ini dengan harapan dapat memahami reaksi penyabunan dan cara pembuatannya.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana membuat sabun transparan menggunakan metode saponifikasi.

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan pada percobaan sabun transparan ini adalah membuat sabun cair yang transparan, memperoleh nilai pH, massa dan rendemen.

1.4 Ruang Lingkup

Metode yang di gunakan dalam praktikum ini adalah metode saponifikasi, dengan menggunakan bahan asam stearat, etanol, gliserin, minyak, kalium hidroksida, pewangi, pewarna, dan sukrosa. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Produk dan Integrasi Proses FT. UNTIRTA.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah SabunSabun adalah salah satu senyawa kimia paling tua yang pernah

ditemukan. Pada tahun 2500 sebelum Masehi masyarakat Sumeria telah menemukan sabun kalium yang digunakan untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat dari minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium karbonat. Informasi tentang sabun juga ditulis dalam literatur-literatur bangsa Mesir yang berhubungan dengan kedokteran. Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin sapo yang pertama kali digunakan oleh Plinny pada tahun 77 Masehi. Plinny membuat sabun dari campuran tallow (lemak binatang) dengan abu dari kayu beech yang dapat digunakan sebagai pewarna rambut.

Konon, tahun 600 SM masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone sudah membuat sabun dari lemak kambing dan abu kayu khusus. Mereka juga membarterkannya dalam berdagang dengan bangsa Kelt, yang sudah bisa membuat sendiri sabun dari bahan serupa. Pliny (23 – 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras. Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap sebagai seni. Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara bersamaan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi semua orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. "Pengusaha-"nya mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar. Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijual dari rumah ke rumah.[1]

4

2.2 SabunSabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara

umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci. Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam monocarboxylic yang panjang.Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakn pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).

Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupunzat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan gliserol. Proses saponifikasi yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan glisrol dalam kondisi basa. Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun.Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.

Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri.

Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya. Pada pembuatan sabun,bahan dasar yang biasa digunakan adalah : C12 – C18 Jika :   < C 12  : Iritasi pada kulit

> C 20: Kurang larut (digunakan sebagai campuran) Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam dan impurity lainnya.Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.[2]

Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu:a) Bahan baku, seperti : minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa).

5

b) Bahan pendukung, yang bertujuan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik, sepertinatrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.

2.3 Macam-macam SabunBerikut macam-macam sabun berdasarkan fungsinya :

a. Transparant SoapSabun‘tembus pandang’ ini tampilannya jernih dan cenderung memiliki kadar yang ringan. Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat sukar mengering.

b. Castile SoapSabun yang memakai nama suatu daerah di Spanyol ini memakai olive oil untuk formulanya. Sabun ini aman dikonsumsi karena tidak memakai lemak hewani sama sekali.

c. Deodorant SoapSabun ini bersifat sangat aktif digunakan untuk menghilang aroma tak sedap pada bagian tubuh.Tidak dianjurkan digunakan untuk kulit wajah karena memiliki kandungan yang cukup keras yang dapat menyebabkan kulit teriritasi.

d. Acne SoapSabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada jerawat.Seringkali sabun jerawat ini mengakibatkan kulit kering. Bila pemakaiannya dibarengi dengan penggunaan produk anti-acne lain maka kulit akan sangat teriritasi, sehingga akan lebih baik jika Anda memberi pelembab atau clarning lotion setelah menggunakan Acne Soap.

e. Cosmetic Soap atau Bar CleanserSabun ini biasanya dijual di gerai-gerai kecantikan.Harganya jauh lebih mahal dari sabun-sabun biasa karena di dalamnya terdapat formula khusus seperti pemutih.Cosmetic soapbiasanya memfokuskan formulanya untuk memberi hasil tertentu, seperti pada whitening facial soap dan firming facial soap.

f. Superfatted SoapSabun ini memiliki kandungan minyak dan lemak lebih banyak sehingga membuat terasa lembut dan kenyal.Sabun ini sangat cocok digunakan untuk kulit kering karena dalamnya terdapat kandungan gliserin, petroleurn dan beeswax yang dapat melindungi mencegah kulit dan iritasi dan jerawat.

6

g. Oatmeal SoapDari hasil penelitian, gandum mempunyai kandungan anti iritasi. Dibandingkan sabunlain, sabun gandum ini lebih baik dalam menyerap minyak menghaluskan kulit kering dan sensitif.

h. Natural SoapSabun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap seperti vitamin, ekstrak buah, minyak nabati, ekstrak bunga, aloe vera dan essential oil.Cocok untuk semua jenis kulit dan kemungkinan membahayakan kulit sangat kecil.

Berdasarkan wujudnya sabun dibedakan sebagai berikut :a. Sabun cair

Sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali.b. Sabun padat

Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH). Selain itu,  Minyak kelapa akan menghasilkan sabunyang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.

Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun dibedakan atas : a. Cationic Sabun

Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents. Sebagai tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat antikuman yang membuat mereka banyak digunakan pada rumah sakit. Kebanyakan sabun jenis ini adalah turunan dari ammonia.

b. Anionic Sabun Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.

c. Neutral atau Non Ionic Sabun Non ionic sabun banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena sabun jenis ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak beraksi dengan ion yang terdapat dalam air sadah. Non ionic sabun kurang mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic sabun.[3]

2.4 Sifat-sifat SabunSabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan

dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O            CH3(CH2)16COOH + OH

7

Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwaini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.

2CH3(CH2)16COONa + CaSO4             Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Non polar: CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran non polar).Polar : COONa + (larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoranpolar).[4]

2.5 Metode-metode Pembuatan SabunPada proses pembuatan sabun ini digunakan metode - metode untuk

menghasilkan sabun yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu digunakanlah metode metode, yang mana metode metode ini memiliki kelebihan kelebihan dan kekurangannya masing - masing. a. Metode Batch

Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat,

8

sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).

b. Metode Kontinu Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.[5]

2.6 Proses Pembuatan Sabun TransparanSabun Transparan adalah sabun yang dibuat dengan teknik khusus

dengan menghilangkan kandungan alkali di dalamnya.Sabun transparan ini lebih unggul daripada sabun mandi biasa, selain dari tampilannya yang transparan (transparent) yang menawan, sabun ini sangat lembut di kulit dan dapat melembabkan kulit.

Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan. Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 RCOONaReaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping.Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual.Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.

Faktor lain yang mempengaruhi transparansi sabun adalah kandungan gula, dan gliserin dalam sabun. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial adalah kualitas gula, dan gliserin. Oleh karena itu pemilihan material mempertimbangkan dengan warna dan kemurniannya. Parfum berperan penting dalam warna sabun seperti adanya tincture, balsam dan yang digunakan agar sabun menjadi wangi, adanya bahan tersebut dapat menjadikan spotting( bintik hitam ). Apabila sabun sengaja diwarna, dipilih pewarna yang tahan alkali.Air distilasi adalah air terbaik untuk sabun transparan gliserin dipilih yang murni.Untuk minyak dan lemak digunakan

9

yang asam lemak bebas rendah dan warna yang baik. Penambahan gliserin atau gula yang banyak menyebabkan sabun menjadi lengket dan manis, oleh karena itu mengotori pembungkus. Untuk memperoleh transparansi sabun berikut ini adalah metode yang umum digunakan :a. Transparan karena gula. b. Transparan karena gliserin dan energi. c. Dimana a dan b digabung dengan menggunakan minyak castor. d. Transparansi karena asam lemak dalam sabun dan seberapa kali sabun

dimill.Dengan metode pertama, kandungan minyak kelapa sedikitnya adalah

25%, lemak yang lain adalah tallow atau lemak apa saja yang dapat menjadikan sabun keras. Sabun dididihkan dan dimasak seperti biasanya lalu dimasukkan dalam pengaduk untuk dicampur dalam larutan yang mengandung 10 – 20% gula sesuai berat sabun.Gula dilarutkan dalam air dan larutan dipanasi sampai 600C kemudian perlahan – lahan ditambahkan dalam sabun.Manakala air menguap, sabun jenis tersebut menunjukkan bintik – bintik dan menjadi lengket karena gula menembus permukaan larutan.

Sabun transparan dari kategori yang kedua dapat disaponifikasikan sebagaimana biasanya dan dibuat dari sabun mandi dasar. Sabun dimasukkan dalam mixer dan dicampur 96% dengan perbandingan satu bagian dalam dua bagian total asam lemak dalam sabun, bersama gliserin dengan proporsi yang sama.

Metode yang ketiga minyak castor sendiri digunakan untuk membuat sabun atau lebih dari sepertiga lemak dapat ditambah untuk setiap sabun dasar diatas.Jika minyak castor yang digunakan hanya perlu 2% atau 3% gula.Metode yang terkhir kombinasi dari tallow (lemak) 75%, minyak kelapa 20%, rosin jernih 5%. Selanjutnya dengan proses saponifikasi dan perampungan dengan cara pemanasan. Sabun selanjutnya dimasukkan dalam ketel berjaket dan diolah sesuai dengan pemanasan sempurna.

Kebanyakan sabun transparan dibuat dengan cara semi panas, metodenya lebih sederhana dan mudah. Langkah awalnya adalah memasukkan lemak dan minyak dalam ketel, dipanasi sampai 600C.Sabun scrap yang sudah dibuat dapat dicairkan dalam lemak yang panas jika diinginkan. Ditambahkan larutan soda yang sudah dibuat. Masa diaduk sampai terjadi proses saponifikasi. Setelah itu sabun ditutup dan dibiarkan selama 2 jam atau sampai pada tengahnya ada tonjolan. Kemudian larutan

10

gula dimasukkan dan akhirnya dan gliserin. Temperatur dari massa dinaikkan sampai 600 C.

Saponifikasi adalah reaksihidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Sabun terutama mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun.Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali.Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.[6]

2.7 Parameter Kualitas SabunBerikut parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas sabun :

1) Bilangan Penyabunan (Angka Safonifikasi)Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram alkali (potassium hidroksida) yang dibutuhkan untuk menyabunkan tiap gram lemak atau minyak. Bilangan penyabunan merupakan angka yang terdapat pada milligram kalium hidroksida yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu gram minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak atau minyak. Bilangan penyabunan ini dapat digunakan untuk semua minyak dan lemak. Tabel 1. Bilangan Penyabunan dari Berbagai Jenis Minyak

Asam Lemak Bilangan Penyabunan

Palm Oil 190 – 202

Palm Stearine 193 – 206

Tallow 192 – 202

Palm Kernel Oil 240 – 255

Coconut Natural Oil 250 – 264

Minyak Jarak 176 – 187

11

2) Bilangan IodinBilangan iodine menyatakan ukuran keberadaan ketidak jenuhan, terutama asam oleat dan linoleat. Asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang lebih lembut dan lebih larut. Sedangkan minyak laurat mengandung asam lemak rantai pendek, membuat sabun keras dan mudah larut. Bilangan iod digunakan untuk menghitung ketidakjenuhan minyak atau lemak, semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu. Tabel 2. Bilangan Iodine dari berbagai jenis minyak

3) TransparansiLemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.Mengenai transparansi, sabun akan semakin jernih bila etanol yang digunakan semakin murni.

4) pHDiketahui sabun transparan komersial memiliki pH 9,34. Dalam formulasi sabun transaparan, pH terkait jumlah penggunan basa yang menentukan jumlah penambahan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan, akan semakin sedikit etanol yang dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi.

5) Tingkat KekerasanKarakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa pemakaian yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian 0,967 hingga 6,867 kg/cm2.

2.8 Bahan Utama Sabun Cair TransparanBerikut bahan utama yang digunakan untuk membuat sabun cair transparan :1) Minyak

Asam Lemak Bilangan Iodine

Palm Oil 51 – 55

Palm Stearine 22 – 48

Tallow 40 – 56

Palm Kernel Oil 16 – 20

Coconut Natural Oil 7 – 12

Minyak Jarak 81- 98

12

Minyak atau lemak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat-sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam-asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara.

2) Alkali KOHKalium hidroksida (KOH) seringkali disebut dengan kalium kaustik atau potash api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu menetralisir asam. KOH berbentuk padatan putih dengan sifat cepat menyerap kelembapan. Kalium hidroksida bereaksi dengan minyak membentuk sabun yang disebut dengan saponifikasi. Kalium atau disebut juga dengan potassium harus terurai sempurna dalam proses saponifikasi minyak, oleh karena itu tidak akan ada bahan kaustik yang tertinggal dalam sabun. Agar produk sabun sempurna maka sabun harus dicuring dan rebatching sebelum penambahan emollien, moisturizer dan minyak essensial. “Fully Curing” berarti potassium hidroksida benar benar terurai sempurna selama proses saponifikasi dan tidak bereaksi dengan emollien, moisturizer dan minyak essensial. “ Rebatching” berarti sabun base diparut, dilelehkan kemudian ditambah bahan lainnya, selanjutnya dimasukkan dalam cetakkan. Dengan cara begitu akan menghasilkan produk sabun yang lebih baik dari pada proses yang tidak menggunakan rebatching.[7]

2.9 Bahan Pendukung Sabun Cair TransparanBahan pendukung dalam pembuatan sabun cair transparan sebagai berikut:1) Etanol

13

Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses pembuatan sabun digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.

2) Asam StearatAsam stearat merupakan monokarboksilat berantai panjang (C18) yang bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya. Asam stearat dapat berbentuk cairan atau padatan. Pada proses pembuatan sabun, asam stearat berfungsi untuk mengeraskan sabun, khususnya minyak dari tumbuhan yang digunakan. Penggunaannya dengan mencairkan dahulu dalam minyak kemudian dicampur sodium hidroksida untuk saponifikasi. Penggunaan terlalu banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak keras.

3) GliserinGliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi atmosfir sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis.

4) GulaPada proses pembuatan sabun transparan, gula pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Penambahan gula dapat membantu perkembangan kristal pada sabun.Gula yang paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir.

5) Pewangi dan PewarnaPewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan produk sabun yang beraneka warna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan pewarna untuk kosmetik. Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan efek wangi pada produk sabun. Pewangi yang sering digunakan dalam pembuatan sabun adalah dalam bentuk parfum dengan berbagai aroma (buah-buahan, bunga, tanaman herbal dan lain-lain).[8]

14

2.10 Mekanisme Reaksi Safonifikasi

15

16

Minyak Sabun Gliserol

Gambar 1. Mekanisme Reaksi Safonifikasi

17

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir

Diagram alir pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

3.1.1 Preparasi Bahan

Gambar 2. Diagram Alir preparasi bahan

3.1.2 Pembuatan Sabun Transparan

Gambar 3. Diagram alir pembuatan sabun transparan

3.2 AlatdanBahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:

a. Batang pengaduk 2 buah

18

b. Beaker glass 250 mL, 500 mL 2 buahc. Botol aquades 1 buahd. Botol sampel 600 mL 1 buahe. Gelas ukur 10 mL,25 mL, 50 mL 3 buahf. Indikator universal 1 buahg. Magnetic stirrer 1 buahh. Pipet tetes 3 buahi. Termometer 1 buahj. Timbangan 1 buah

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

a. Aquades 50 mlb. Asam stearat 7,5 gramc. Etanol 30 mld. Gliserin 6 mle. Glukosa 11,25 gramf. Minyak 30 mlg. KOH 8 gramh. Pewangi 2 mli. Pewarna

3.3ProsedurPercobaan

Prosedur percobaan ini adalah melarutkan KOH sebanyak 8 gram dalam 25 ml aquades, melarutkan glukosa sebanyak 11,25 gram dalam 11,25 ml aquades, melelehkan asam stearat pada suhu 60˚C di dalam beaker glass 400 mL di atashotplate (suhu dijaga konstan). Memasukkan magnetic stirer (atur putaran sedang lebih dulu) dan minyak kedalam lelehan asam stearat. Memasukkan larutan NaOH sedikit demi sedikit sambil terus dipanaskan dengan suhu 70˚C (dijaga konstant) dan diaduk sampai proses saponifikasi sempurna (terbentuk larutan yang semipadat). Memasukkan etanol sedikit demi sedikit (wadah dijaga, jika campuran meluap, keluarkan wadah dari hot plate), gliserin dan larutan sukrosa sambil terus diaduk sampai campuran menjadi homogen. Mematikan pengontrol suhu lalu tambahkan pewarna dan pewangi dilakukan pada suhu 40˚C. Kemudian mengukur menimbang massa sabun dan mengukur pH sabun.

19

3.4 GambarAlat

Gambar 4. Gambaralatpercobaansabun

3.5 VariabelPercobaan

Variabel percobaan ini terbagi menjadi variabel tetap dan variabel terikat. Variabel tetapnya adalah volume minyak, volume etanol, volume larutan sukrosa, dan massa asam stearat. Sedangkan variabel terikatnya adalah massa sabun yang diperoleh.

BAB IV

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Dari percobaan sabun cair transparan didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Percobaan

Data HasilBerat Sabun 61,60 grampH 10Warna MerahBau LemonTransparansi Translucent (sedikit transparan)Bentuk Cair

4.2Pembahasan

Pada percobaan sabun cair transparan, reaksi yang berlangsung yakni reaksi safonifikasi. Reaksi safonifikasi atau disebut juga reaksi penyabunan adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (misalnya KOH). Safonifikasi antara trigliserida dan basa kuat menghasilkan produk berupa sabun dan gliserol.

Langkah pertama pada percobaan ini yaitu melarutkan 8 gram KOH dalam gelas beker dengan 25 ml aquades, pada saat dilarutkan, larutan menjadi panas, ini disebabkan karena reaksinya eksoterm. Kemudian melarutkan 11,25 glukosa dalam 11,25 aquades dan melelehkan asam stearat. Asam stearat berperan sebagai pengikat molekul sabun yang terbentuk. Kemudian menambahkan minyak dan magnetic stirer. Minyak berperan sebagai pereaksi atau reaktan. Pengadukan dilakukan secara konstan agar produk yang dihasilkan tidak menggumpal dan homogen. Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Suhu pada awalnya dijaga sebesar 70oC, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, namun bila melebihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan hasil berkurang. Hal ini dikarenakan titik leleh asam stearat berada pada suhu 69,5℃ dan jika melebihi suhu tersebut akan menyebabkan asam stearat hangus. Selanjutnya menambahkan KOH setetes demi setetes agar KOH

21

bereaksi secara optimal dengan minyak dan menjaga agar suhu tetap konstan. KOH berperan sebagai reaktan yang akan menghasilkan sabun berbentuk cair. Kemudian menambahkan etanol, gliserin dan glukosa (gula).

Gambar 5 Proses pengadukan sabun

Etanol berfungsi untuk melarutkan sabun agar sabun menjadi bening atau transparan. Gliserin bersifat mudah larut dalam air dan dapat menyerap air sehingga dapat melembutkan kulit dengan melindunginya dari kekeringan. Glukosa berguna untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun.Pada suhu 40℃ , dilakukan penambahan pewangi dan pewarna. Pewarna berfungsi untuk mempercantik produk yang dibuat sehingga terlihat lebih menarik dan pewangi berfungsi untuk memberi aroma pada sabun sehingga lebih harum.

Gambar 6 Sabun setelah diberi pewarna dan pewangi

Dari percobaan, diperoleh hasil sabun sebesar 61,60 gram, dengan rendemen sebesar 59,55%. Sabun yang diperoleh, memiliki transparansi sedang (translucent) serta memiliki pH 10. Berdasarkan literatur, sabun diperoleh dengan massa 54,96gram, dengan rendemen sebesar 45,69%. Dan berdasarkan standar komersial, sabun memiliki transparansi bening dengan pH sebesar 9,12.

22

Perbedaan nilai massa dan sabun berdasarkan hasil percobaan dan literatur akibat gliserol yang masih terkandung di dalam sabun sehingga mengurangi kemurnian sabun yang dihasilkan.

Gambar 7 Hasil sabun transparan

Selain itu perbedaan nilai pH antara hasil percobaan dengan standar komersial

dikarenakan pengukuran pH dalam percobaan ini menggunakan indikator universal sehingga nilai pH yang terukur kurang akurat. Hal-hal yang menjadi faktor berhasil tidaknya pembuatan sabun adalah suhu optimum reaksi yang dijaga konstan, proses penambahan bahan serta waktu pengadukan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

23

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Penggunaan KOH sebagai pereaksi akan menghasilkan sabun berbentuk cair.

b. Diperoleh sabun cair transparan dengan massa 61,60 gram dan % rendemen sebesar 59,55% serta pH sebesar 10.

c. Perbedaan data hasil percobaan dengan literatur serta standar komersial akibat gliserol yang masih terkandung di dalam sabun sehingga mengurangi kemurnian sabun yang dihasilkan dan pengukuran nilai pH yang tidak akurat.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :a. Menggunakan bahan yang lain dengan gliserin sebagai produk samping

biodiesel.b. Variasi perbandingan bahan baku asam sterarat, glukosa dan etanol.c. Teliti dalam melakukan percobaan agar data hasil percobaan akurat.

LAMPIRAN

A. Contoh Perhitungan

24

Berat bahan :1. Etanol = 24 gram2. Minyak = 28,56 gram3. Asam stearat = 7,5 gram4. Pewangi = 4,3 gram5. Gliserin = 7,5816 gram6. KOH + aquadest = 9 gram7. Glukosa + aquadest = 22,50 gram

Berat Total = 103,4416 gram

Berat Sabun = 61,60 gram

% Rendemen = Berat sabun

Berat total bahanx 100 %

= 61,60

103,4416x100 %

= 59,55%

DAFTAR PUSTAKA

25

[1] Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik Edisi Ketiga.Jakarta:Erlangga[2] Poedjiadi.2007.Dasar-dasar Biokimia.Jakarta:UI[3] Oxtoby,David.2001.Kimia Modern Edisi IV Jilid I.Jakarta:Erlangga[4] Khamidinal.2009.Teknik Laboratorium Kimia.Yogyakarta:Pustaka Pelajar[5] Alimin,Muh Yunus dan Irfan Idris.2007.Dasar Kimia analitik.

Makassar:Alaudin Press[6] Susila dkk.2009.Pemanfaatan Gliserin Sebagai Produk Samping Dari

Biodiesel Menjadi Sabun Transparan. No.4 volume XVI, http://jurnal_teknik_kimia, diakses pada 30 April 2016.

[7] Hambali, Erliza dkk.2006.Membuat Sabun Transparan. No.3 volume III, http://Jurnal-MIPA-Unsrat, diakses pada 30 April 2016.

[8]Tambun,Rondang.2006.Teknologi Oleokimia. No.2 volume I, http://journal.unnes.ac.id/, diakses pada 30 April 2016.


Recommended