+ All documents
Home > Documents > laporan praktikum kimia dasar - modul 2. PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

laporan praktikum kimia dasar - modul 2. PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

Date post: 11-Nov-2023
Category:
Upload: unmul
View: 4 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
21
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industru. Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain. Pemisahan dan pemurnian campuran memiliki manfaat yang sangat penting dalam ilmu kimia, Industri maupun dalam kehidupan sehari-hari, dalam banyak kasus kita dapat menggunakan material tanpa pemurnian, baik material itu dari alam (misalnya minyak tanah) atau yang disintesis di laboratorium, pemisahan atau pemurnian dengan metode tertentu perlu dilakukan. Demikian pula dalam pekerjaan di laboratorium maupun dalam proses industri banyak yang melibatkan pemisahan dan pemurnian. Misalnya pengolahan biji dari pertambangan, pemisahan logam dari mineralnya, pengolahan minyak bumi, pengolahan air minum dan lain-lain. Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan keterampilan, terutama jika harus memisahkan komponen dengan kadar yang sangat kecil. Untuk tujuan itu, dalam ilmu kimia telah dikembangkan berbagai cara pemisahan dari pemisahan sederhana yang sering dilakukan sehari-hari sampai metode pemisahan dan pemurnian yang kompleks atau tidak sederhana.
Transcript

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk

memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang

mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala

laboratorium maupun skala industru. Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan

untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan

pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah

tercemar oleh zat lain.

Pemisahan dan pemurnian campuran memiliki manfaat yang sangat penting

dalam ilmu kimia, Industri maupun dalam kehidupan sehari-hari, dalam

banyak kasus kita dapat menggunakan material tanpa pemurnian, baik

material itu dari alam (misalnya minyak tanah) atau yang disintesis di

laboratorium, pemisahan atau pemurnian dengan metode tertentu perlu

dilakukan. Demikian pula dalam pekerjaan di laboratorium maupun dalam

proses industri banyak yang melibatkan pemisahan dan pemurnian. Misalnya

pengolahan biji dari pertambangan, pemisahan logam dari mineralnya,

pengolahan minyak bumi, pengolahan air minum dan lain-lain.

Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan

keterampilan, terutama jika harus memisahkan komponen dengan kadar yang

sangat kecil. Untuk tujuan itu, dalam ilmu kimia telah dikembangkan berbagai

cara pemisahan dari pemisahan sederhana yang sering dilakukan sehari-hari

sampai metode pemisahan dan pemurnian yang kompleks atau tidak

sederhana.

Zat atau materi dapat dipisah dari campurannya karena campuran tersebut

memiliki perbedaan sifat, itulah yang mendasari pemisahan campuran atau

dalam pemisahan.

Dalam kenyataannya pemisahan dan pemurnian tidak dapat dipisah satu sama

lain. Kita akan melihat bahwa ketika metode pemisahan dan pemurnian baru

dikembangkan, ilmu kimia akan mendapatkan kemajuan yang besar.

Oleh karena itu, percobaan pemisahan dan pemurnian ini dilakukan agar

praktikan dapat mengetahui jenis-jenis pemisahan dan pemurnian pada

campuran dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan

- Mengetahui prinsip dalam campuran dan pemurnian

- Mengetahui penggolongan pada campuran

- Mengetahui jenis-jenis pemisahan dan pemurnian.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

Campuran adalah suatu bentuk larutan yang terbentuk dari dua zat atau lebih zat

yang berlainan yang masih mempunyai sifat zat aslinya. Dalam kehidupan sehari

– hari, banyak kita jumpai segala jenis campuran. Misalnya air sungai, tanah,

udara, makanan, minuman, dan lain – lain. Campuran yang digunakan untuk

pemisahan dan pemurnian dapat digolongkan menjadi 3 bentuk larutan yaitu:

1. Larutan

Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispersi

sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan itu

tampak homogen (continue, tanpa batas) dan mempunyao komposisi yang

sama pada setiap bejananya. Komponen – komponen yang terdapat dalam

larutan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan. Contoh dari campuran

yang berupa larutan adalah campuran air dan gula selain itu udara dan emas 22

karat (Yazid, 2005).

2. Koloid

Koloid adalah suatu bentuk molekul yang keadaannya terletak antara campuran

kasar dan larutan. Secara makrokopis koloid tampak homogen tetapi secara

mikrokopis koloid bersifat heterogen. Oleh karena itu koloid digolongkan

kedalam campuran heterogen. Campuran koloid pada dasarnya bersifat stabil

dan tidak disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1-100 mm, berada

diantara larutan kasar atau suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk

menembus membran atau filter ultra (Yazid, 2005).

3. Suspensi adalah campuran kasar yang bersifat heterogen. Antar komponennya

masih terdapat bidang batas dan sering sekali dapat dibedakan tanpa

menggunakan bantuan mikroskop. Setelah suspense biasanya dimasukan untuk

campuran heterogen dari suatu zat padat dalam cair. Suspensi tampak keruh

dan tidak stabil, zat suspensi lambat laun akan terpisah karena gaya gravitasi

(mengalami sedimentasi). Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan.

Diameter partikel suspensi lebih dari 100 mm (Chang, 2005).

Pada dasarnya campuran dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1. Campuran Homogen

Campuran homogen adalah penggabungan 2 zat tunggal atau lebih yang

semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk 1 fase. Yang

dimaksudkan 1 fase adalah zat yang sifat komposisinya sama antara satu

bagian dengan bagian yang lain didekatnya. Dikatakan sebagai campuran

homogen jika antara komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak

terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. (Syukri, 1999)

2. Campuran Hetrogen

Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara 2 zat

tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang

lainnya tidak sama diberbagai bagian bejana. Dikatakan sebagai campuran

heterogen jika antara komponennya masih terdapat bidang batas dan sering

kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop, melainkan hanya

dengan mata. Pada dasarnya campuran heterogen memiliki sifat – sifat yang

tidak seragam atau tidak sama (Petrucci, 1987).

Contoh untuk kedua campuran tersebut adalah larutan gula dan air pada campuran

homogen serta campuran air dan minyak tanah pada campuran heterogen

(Petrucci. 1987).

Untuk memisahkan campuran homogen dan campuran heterogen dapat dilakukan

dengan proses pemisahan dan pemurnian. Pemisahan itu sendiri pada dasaranya

merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan suatu larutan dengan

dua zat atau lebih yang saling tercampur. Sedangkan pemurnian merupakan suatu

cara yang dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah

tercemar atau tercampur oleh zat lain (Syukri, 1999).

Suatu larutan terdiri atas pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada

umumnya, komponen yang jumlahnya terbanyak yang dianggap sebagai pelarut

sedangkan komponen yang jumlahnya sedikit dianggap sebagai zat terlarut

(Syukri. 1999).

Terdapat berbagai macam metode pemisahan campuran. Pemisahan campuran

didasarkan pada perbedaan sifat pada campuran. Berbagai macam metode

pemisahan diantaranya sebagai berikut:

1. Pemisahan zat padat yang tidak terlarut dalam zat cair

- Dekantasi (Pengendapan)

Dekantasi adalah pemisahan komponen – komponen campuran dengan

cara diendapkan.

- Filtrasi (Penyaringan)

Filtrasi adalah pemisahan komponen – komponen campuran dengan cara

menggunakan kertas saring.

2. Pemisahan zar padat yang larut dalam air

- Penguapan

Pada penguapan, larutan dipanaskan hingga pelarutnya menguap dan

meninggalkan zat terlarut.

- Kristalisasi

Kristalisasi adalah pemisahan komponen – komponen campuran dengan

cara mengkristalkan komponen tercampur dengan cara dipanaskan dan

kemudian didinginkan. Secara sederhana, kristalisasi adalah suatu metode

pemisahan yang merubah wujud zat terlarutnya dari cair ke padat.

- Rekristalisasi

Secara umum rekristalisasi sama dengan pemisahan kristalisasi hanya saja

yang membedakan adalah perubahan wujud zat terlarut dimana pada

kristalisasi perubahan wujudnya dimulai dari cair kepadat sedangkan pada

rekristalisasi perubahan wujud zat terlarutnya dimulai dari padat, cair

kepadat.

3. Pemisahan zat padat dari zat padat

- Pelarutan yang diikuti dengan penyaringan

Pada proses pemisahan ini, diawali dengan cara melarutkan kompoonen –

komponen yang ingin dipisahan lalu dipanaskan hingga menguap.

- Kristalisasi bertingkat

Kristalisasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses kristalisasi hanya

saja dilakukan secara berkali – kali.

- Sublimasi

Sublimasi yaitu dua jenis padatan dengan menyublim dari komponen yang

dapat menyublim, yaitu senyawa yang pemanasnya meleleh kemudian

mendidih dan pada pendinginan dari uap langsung menjadi padatan.

4. Pemisahan zat cair dari zat cair

- Ekstraksi

Ekstraksi yaitu pemisahan yang berdasarkan perbedaan kelarutan

komponen dalam pelarut yang berbeda. Atau dapat dikatakan pula bahwa

ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi zat dari campurannya

dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip metode ini didasarkan

pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut

yang tidak saling bercampur (Syukri, 1999).

Secara umum pelarut dapat dibagi menjadi dua yaitu pelarut polar dan pelarut non

polar. Dikatakan sebagai pelarut polar apabila suatu senyawa memiliki

keelektronegatifan yang jauh berbeda antara atom penyusunnya. Sedangkan

dikatakan sebagai pelarut non polar apabila suatu senyawa memiliki

keelektronegatifan yang relatif kecil atau bahkan nol (Syukri, 1999).

Struktur minyak goreng

Struktur naftalena

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Sendok / Spatula

- Gelas kimia 50 ml

- Corong kaca

- Tabung reaksi

- Corong pisah

- Cawan penguap

- Batang pengaduk

- Statif dan Klem

- Mortal dan Alu

- Labu erlenmeyer 100 ml

- Botol penyemprot

- Alat tulis

- Penjepit tabung

- Hot plate

- Gunting

- Sikat tabung

- Spons

3.1.2 Bahan

- Garam dapur

- Kapur tulis

- Pasir

- Naftalena

- Minyak goreng

- CuSo4.5H2O

- Kertas saring

- Sabun cuci

- Aquadest

- Tisu

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Prosedur Dekantasi

- Disiapkan gelas kimia 50 ml, kemudian dimasukkan aquadest 50 ml.

- Dimasukkan 3 sendok pasir ke dalam gelas kimia.

- Diaduk hingga tercampur menggunakan batang pengaduk.

- Dibiarkan hingga pasir mengendap.

3.2.2 Prosedur Filtrasi

- Disiapkan gelas kimia 50 ml, kemudian dimasukkan aquadest 50 ml.

- Digerus kapur tulis menggunakan mortal dan alu.

- Dimasukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia, sebanyak 3

sendok.

- Diaduk hingga tercampur menggunakan batang pengaduk.

- Disiapkan labu erlenmeyer dan corong gelas.

- Dilapisi corong gelas dengan kertas saring.

- Dilakukan penyaringan.

3.2.3 Prosedur Rekristalisasi

- Disiapkan gelas kimia 50 ml, kemudian dimasukan aquadest 10 ml.

- Dilarutkan 1 sendok CuSO4.5H2O ke dalam gelas kimia.

- Diaduk menggunakan batang pengaduk hingga tercampur.

- Dipanaskan larutan tersebut di atas hot plate.

- Diuapkan hingga aquadest habis.

3.2.4 Prosedur Sublimasi

- Disiapkan cawan penguap.

- Digerus naftalena menggunakan mortal dan alu.

- Dimasukkan 6 sendok garam dapur ke dalam cawan penguap.

- Dimasukkan bubuk naftalena ke dalam cawan penguap.

- Disiapkan corong gelas.

- Dilapisi dengan kertas saring yang sudah dilubangi dengan jarum.

- Ditutupkan di atas cawan penguap kemudian disumbat lehernya

dengan tisu.

- Dipanaskan di atas hot plate hingga terjadi kristal.

3.2.5 Prosedur Ekstraksi

- Disiapkan corong pemisah.

- Dimasukkan aquadest dan minyak goreng dengan perbandingan 1:1.

- Dikocok searah hingga tercamput.

- Diletakkan corong pemisah pada statif dan klem.

- Didiamkan hingga kedua cairan tersebut memisah.

- Dipisahkan lapisan bawah dengan cara membuka keran pada corong

pemisah.

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Pengamatan

1. Dekantasi

- Dimasukan aquadest 50ml

kedalam gelas kimia 50ml.

- Ditambahkan 3 sendok pasir

kedalam gelas kimia 50ml.

- Warna larutan berubah

menjadi keruh.

- Diaduk larutan tersebut.

- Didiamkan larutan dan

diamati.

- Terbentuk endapan

pasir dalam larutan.

2. Filtrasi

- Digerus kapur tulis dengan

mortar dan aru.

- Dimasukan aquadest 10ml

kedalam gelas kimia 50ml.

- Ditambahkan bubuk kapur

tulis kedalam gelas kimia

tersebut.

- Warna larutan berubah

menjadi keruh.

- Diaduk campuran tersebut. - Warna larutan menjadi

lebih keruh.

- Diletakan corong pemisah yang

sudah dilapisi kertas saring

diatas labu erlemeyer

100ml.

- Dituangkan campuran tesebut

kedalam corong pemisah

- Terdapat zat yang

tertahan

secara perlahan, didiamkan

larutan dan diamati yang

terjadi.

- Aquadest dapat

melewati kertas saring.

3. Rekristalisasi

- Dimasukan 10ml aquadest

kedalam gelas kimia 50 ml.

- Ditambahkan CuSO4 1 sendok

kedalam gelas kimia tersebut.

- CuSO4 larut dalam

aquadest.

- Diaduk hingga campuran

menjadi homogen.

- Terjadi perubahan

warna campuran larutan

dari bening menjadi

biru.

- Dipanaskan campuran tesebut

diatas hot plate.

- Terbentuk gelembung

gas.

- Didiamkan larutan dan diamati

yang terjadi.

- Terbentuk kristal

CuSO4.

4. Sublimasi

- Digerus Naftlena dengan

menggunakan mortar dan aru.

- Diperoleh bubuk

naftalena.

- Dimasukan garam enam

sendok kedalam cawan

penguap.

- Ditambahkan bubuk naftalena

1 sendok kedalam cawan

penguap tersebut.

- Diaduk campuran tersebut

dengan menggunakan batang

pengaduk.

- Bubuk naftalena dan

bubuk garam trecampur.

- Ditutup cawan penguap

dengan kertas saring yang

telah dilubangi kecil – kecil

dan ditutup lagi dengan corong

kaca pada posisi terbalik

dengan ujung lehernya

disumbat tisu.

- Dipanaskan cawan penguap

diatas hot plate.

- Didiamkan campuran tersebut

dan diamati yang terjadi.

- Diperoleh kristal

naftalena didinding

corong kaca.

5. Ekstraksi

- Dimasukan aquadest dan

minyak goreng kedalam

corong pemisah dengan

perbandingan 1:1.

- Larutan tidak

tercampur dimana

aquadest berada

dibagian bawah larutan

dan minyak goreng

berada di bagian atas

larutan.

- Dikocok corong pemisah

secara searah hingga aquadest

dan minyak goreng tercampur

sementara.

- Larutan menjadi

tercampur

- Terjadi perubahan

warna larutan

menjadi kuning

keruh.

- Didiamkan larutan dan diamati

corong pemisah sampai kedua

zat tersebut terpisah.

- Dituang air pada corong

pemisah dengan cara dibuka

kran kedalam labu

erlenmeyer.

- Air menjadi keruh

pada labu

erlenmeyer.

4.2 Pembahsan

Pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk mendapatkan zat murni dari suatu

zat yang telah tercemar atau tercampur. Zat atau materi dapat dipisahkan dari

campurannya karena campuran tersebut memiliki perbedaan sifat. Inilah yang

mendasari pemisahan dan pemurnian campuran. Berikut adalah beberapa

prinsip yang digunakan dalam proses pemisahan dan pemurnian campuran.

1. Perbedaan Ukuran Partikel

Jika ukuran suati zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak

diinginkan (zat pencampur) maka dapat dipisahkan dengan metode

penyaringan (filtrasi). Untuk keperluan ini harus menggunakan penyaring

dengan ukuran yang sesuai. Partikel zat yang berhasil melewati penyaring

disebut hasil penyaringan dan zat yang terhalang disebut residu.

2. Perbedaan Titik Didih

Untuk memisahkan campuran dengan perbedaan titik didih dapat dilakukan

dengan cara sublimasi. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan

lebih dulu menguap. Jika yang diinginkan adalah zat yang memiliki titik

didih lebih rendah maka selanjutnya dilakukan proses mengembunkan uap

dari zan tersebut dan mengalirkannya kedalam wadah tertentu. Jika yang

diinginkan adalah zat yang memiliki titik didih tinggi maka cukup dengan

memanaskan campuran tersebut hingga suhu mencapai titik didih yang

dicari.

3. Perbedaan Massa Jenis

Zat yang memiliki massa jenis lebih besar dari pada pelarutnya akan mudah

menguap. Bila dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat

dengan kecepatan pengendapan yang berbeda, maka dapat dilakukan

dengan metode sedimentasi. Namun jika dalam capuran tersebut terdapat

lebih dari satu zat yang diinginkan, maka sebaiknya digunakan metode

filtrasi.

4. Adsorbsi

Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh zat lain sehingga menempel

pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini

diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik.

5. Absorbsi

Absorbsi merupakan suatu fenomena fisik ataupun kimiawi yang

merupakan suatu proses penyerapan yang terjadi pada seluruh bagian

permukaan.

6. Perbedaan Kelarutan

Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda beda. Secara

umum pelarut dibagi menjadi dua yaitu pelarut polar dan pelarut non-polar.

7. Difusi

Difusi adalah peristiwa mengalirnya suatu zat dalam pelarut dari bagian

berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi rendah. Dua macam zat

berwujud cair ataupun gas bila tercampur dapat berdifusi satu sama lain.

Pada percobaan dekantasi, terjadi perubahan warna larutan menjadi keruh

setelah ditambahkan pasir dan kemudian diaduk. Terbentuk pula endapan pasir

pada larutan. Terbetuknya endapan pasir karena pasir tidak dapat larut dalam

zat cair berupa air (aquadest). Selain itu karena adanya perbedaan massa jenis

antara pasir dan air. Dimana massa jenis pasir dalam larutan adalah 1.922

kg/cm3 dan massa jenis air adalah 1000 kg/cm3. Dan yang terakhir adalah

karena adanya gaya gravitasi bumi.

Pada percobaan filtrasi, terdapat zat yang tertahan pada kertas saring. Zat yang

tertahan tersebut disebut sebagai residu. Sedangkan zat yang melewati kertas

saring disebut sebagai filtrat. Zat yang tertahan pada kertas saring merupakan

bubuk kapur tulis dan zat yang dapat melewati kertas saring merupakan

aquadest yang tercampur dengan sebagian bubuk kapur. Hal tersebut terjadi

karena adanya perbedaan ukuran partikel yang tidak merata pada bubuk kapur

tulis.

Pada percobaan rekristalisasi, terjadi perubahan warna pada larutan menjadi

biru setelah ditambahkannya bubuk CuSO4. selain itu terbentuk pula kristal

CuSO4 setelah dipanaskan. Hal tersebut memperkuat bahwa percobaan ini

menggunakan prinsip perbedaan titik didih. Saat dipanaskan, aquadest lebih

dulu menguap dan lama kelamaan habis dan menyisakan kristal CuSO4.

Terbentuknya kristal CuSO4 dikarenakan titik didih CuSO4 lebih tinggi

dibandingkan dengan titik didih aquadest. Dimana titik didih untuk CuSO4

adalah 150oC dengan tekanan uapnya 7,3 mmHg/25oC sedangkan titk didih

aquadest hanya 100oC dengan tekanan uapnya 18mmHg/20oC.

Pada percobaan sublimasi diperoleh kristal naftalena didinding corong kaca

setelah dipanaskan. Saat dipanaskan, naftalena mengalami perubahan wujud

zat dari padat menjadi gas dan berubah kembali menjadi padat setelah melalui

proses pendinginan. Hal tersebut memperkuat bahwa percobaan ini

menggunakan prinsip perbedaan titik didih. Titik didih naftalena lebih rendah

dibandingakan dengan titik didih garam dapur sehingga naftalenalah yang

menempel pada dinding corong kaca. Dimana titik didih naftalena adalah

218oC dengan tekanan uapnya adalah 0,087 mmHg/25oC dan titik didih garam

dapur adalah 1.465oC dengan tekanan uapnya adalah 100 kPa/25oC.

Pada percobaan ekstraksi diperoleh larutan dimana aquadest & minyak goreng

tidak tercampur homogen. Aquadest dan minyak goreng tidak tecampur secara

homogen karena keduanya memiliki kepolaran yang berbeda. Selanjutnya

dapat disimpulkan bahwa percobaan ini menggunakan prisnip kelarutan

(kepolaran). Aquadest bersifat non-polar karena aquadest memiliki

keelektronegatifan yang jauh berbeda antara atom penyusunnya. Sedangkan

minyak goreng bersifat non-polar karena memiliki nilai keelektronegatifan

yang relatif lebih kecil atau bahkan nol. Setelah dikocok searah, larutan

aquadest sedilit berwarna keruh karena sedikit tercampur dengan minyak

goreng. Setelah larutan didiamkan, terbentuklah dua fase dimana aquadest

berada di bagian bawah larutan dan minyak goreng berada di bagian atas

larutan. Hal ini terjadi karena massa jenis aquadest lebih besar dibandingkan

dengan massa jenis minyak goreng dimana massa jenis aquadest adalah 1000

kg/cm3 dan massa jenis minyak goreng adalah 800 kg/cm3.

Dalam ilmu kimia pengertian Like disolve like sudah sangat umum digunakan.

Suatu kelarutan yang besar dapat terjadi bila molekul - molekul solit

mempunyai persamaan dalam struktur dan sifat – sifat kelistrikan dengan

molekul – molekul solvent. Bila ada kesamaan antara solute dan solvent maka

gaya tarik menarik yang terjadi antar keduanya adalah kuat. Namun bila

diantara solute dan solvent tidak meiliki kesamaan maka gaya tarik menarik

antara keduanya cenderung rendah. Dengan begitu suatu senyawa polar seperti

H2O biasanya merupakan solvent yang baik bagi senyawa polar seperti alkohol

akan tetapi H2O merupajan solvent yang buruj bagi senyawa non-polar seperti

minyak goreng. Oleh karena itu senyawa air seperti aquadest dan minyak

goreng pada percobaan ekstraksi kali ini merupakan salah satu contoh

penerapan prinsip Like disolve like. Secara garis besar prinsip Like disolve like

adalah sebuah prinsip kelarutan dimana suatu zat hanya akan larut pada pelarut

yang sesuai.

Dalam praktikum ini terdapat beberapa fungsi perlakuan seperti diaduknya

larutan. Fungsi perlakuan ini adalah untuk mencapurkan zat terlarut dan pelarut

agar menjadi suatu campuran yang bersifat homogen. Biasanya fungsi

perlakuan ini disertai dengan fungsi perlakuan didiamkan agar dapat dengan

mudah diamati. Fungsi perlakuan ini digunakan pada percobaan dekantasi,

filtrasi, rekristalisasi dan sublimasi. Fungai perlakuan dikocok (dihomogenkan)

searah adalah untuk mencampur minyak goreng dan air (aquadest). Fungsi

perlakuan dipanaskan pada percobaan rekristalisasi adalah untuk menguapkan

zat terlarut yaitu CuSO4 hingga meninggalkan zat pelarutnya yaitu aquadest.

Fungsi perlakuan dipanaskannya campuran pada percobaan sublimasi adalah

untuk memisahkan kedua campuran padatan antara naftalena dan garam

dapur dengan menguapkan zat yang mempunyai titik uap rendah. Fungsi

perlakuan dilubangi kecil – kecil pada kertas saring yaitu agar naftalena dapat

menguap dengan sempurna saat dipanskan. Fungsi perlakuan disumbat dengan

tisu pada corong kaca adalah agar uap naftalena yang terbentuk tidak keluar

dari corong kaca. Kedua fungsi perlakuan tersebut digunakan dalam percobaan

sublimasi.

Sifat fisik aquadest yaitu berwarna bening, berupa cairan, sebagai pelarut yang

baik untuk senyawa polar, bersifat polar, memiliki rumus molekul H2O,

mrmiliki massa molar 18.015 g/mol2 padatan. Titik lebur dan titik didih dari

aquadest secara berturut – turut adalah 0oC dan 100oC.

Sifat CuSO4 adalah berwarna biru untuk pentahidrat, dan berwarna abu – abu

putih untuk anhidrat. Memiliki massa molar 249,7 g/mol untuk pentahidrat dan

159,62 g/mol untuk anhidrat. Memiliki densitas 2.284 g/cm3 untuk pentahidrat

dan 3.603 g/cm3 untuk anhidrat. Memiliki titik lebur 110oC untuk 4H2O dan

150oC untuk 5H2O. Untuk anhidrat, kelarutannya tidak bercampur dengan

etanol dan untuk pentahidrat kelarutannya juga tidak bercampur dengan etanol

namun dapat bercampur dengan metanol.

Sifat naftalena adalah berbentuk kristal padat berwarna putih dengan bau yang

khas bila terdeteksi dengan indra penciuman pada konsentrasi serendah 0,08

ppm. Memiliki ikatan tidak jenuh. Memiliki titik leleh 80,26 oC dan titik didih

218 oC. Memiliki rumus molekul C10H8 dengan strukturnya terdiri atas sepasang

gugus arena atau cincin benzena yang bersatu.

Sifat minyak adalah termasuk dalam golongan lipid yaitu golongan senyawa

organik yang terdapat dialam serta tidak terlarut dalam air tetapi larut dalam

pelarut organik non-polar, bersifat non-polar, memiliki rumus molekul R-

COOH atau R-CO2H.

Faktor kesalahan dalam percobaan ini adalah kesalahan dalam proses

sublimasi. Dimana pada percobaan ini praktikan menggunakan corong kaca

yang basah sehingga kristal naftalena tidak terbentuk dan tidak menempel pada

dinding corong kaca. Hal ini membuat percobaan sublimasi dilakukan dua kali.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

- Ada beberapa prinsip yang digunakan pada percobaan ini, yaitu pada

dekantasi menggunakan prinsip perbedaan kelarutan, pada filtrasi

menggunakan prinsip perbedaan ukuran partikel, pada percobaan

rekristalisasi dan sublimasi menggunakan prinsip perbedaan titik didih,

dan percobaan ekstraksi menggunakan prinsip perbedaan massa jenis.

- Ada dua macam campuran yaitu campuran homogen atau campuran

heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang semua partikelnya

menyebar merata. Campuran heterogen adalah campuran yang

perbandingan antar komponennya tidak merata.

- Ada bermacam-macam jenis pemisahan dan pemurnian, yaitu dekantasi,

rekristalisasi, filtrasi, sublimasi dan ekstraksi.

5.2 Saran

Diharapkan sebaiknya pada percobaan selanjutnya digunakan larutan sirup

atau teh dalam adsorbsi.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.

Jakarta : Erlangga.

Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Bogor: Erlangga.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.

Yazid, Estien.2005. Kimia Fisik Untuk Paramedis.Yogyakarta: Andi.


Recommended