Date post: | 09-Dec-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
Perencanaan & Pembangunan Perencanaan Jaringan Pos Hidrologi disesuaikan dengan Rencana
Pengembangan SDA dan Pemanfaatan & Pelayanan dengan tahapan:a) Studi Rasionalisasi Jaringan Pos Hidrologi: Step wise, Pembobotan,
Kriging, Kagan, WMO. Hasil: Jumlah Pos dan Sarana Penunjang (Winch Cable Way, dll), Lokasi Rencana dan Pos Eksisting, Peta Jaringan Pos, Analisis Kebutuhan: Peralatan SDM, Biaya Pembangunan/Perbaikan/OP, Penyusunan Skala Prioritas
b) Survey Lokasi Pos Hidrologi : Survey Pos Baru dan Identifikasi Pos Eksisting (sesuai dengan kriteria dan persyaratan)
c) Pemilihan Jenis Pos: Biasa/Manual, Otomatik, Telemetrid) Pelaksanaan Pembangunan: Pemilihan Tipe Bangunan (Konsol,
Sumuran/Flushing, Rangka Baja/Kayu, Tranducer
DEFINISI:Jaringan Pos Hidrologi adalah suatu jaringan yang terdiri dari pos hujan, pos klimatologi dan pos duga air dengan distribusi dan lokasi diatur sedemikian rupa dengan memperhatikan karakteristik hidrologi, kondisi topografi, jaringan sungai, rencana pengembangan sumber daya air, dll, sehingga dapat menggambarkan karakteristik hidrologi dari DAS yang bersangkutan.
Tahapan Perencanaan Pos Hidrologi
Gambar 1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Rasionalisasi Jaringan Pos Hidrologi
Pekerjaan Lapangan
Pengumpulan Data Hidrologi Identifikasi Pos
Pekerjaan Analisis Input Data & Digitasi Peta Pengembangan Model Rasionalisasi Jaringan Penyusunan Prioritas Pembuatan Peta Jaringan Hidrologi
Pelaporan
Tersedianya Jaringan Hidrologi Yang efektif dan
effesien
Menurunkan Biaya Operasional dam
Pemeliharaan
Tersedianya Pedoman Dalam Prioritas Rehabilitasi dan
Realokasi
Tersedianya Basis Data & Sistem
Informasi (Kelanjutan dari Studi
Rasionalisasi)
MULAI
RASIONALISASI JARINGAN POS HIDROLOGI
Rasionalisasi Jaringan Pos Hidrologi adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dengan survey, identifikasi, inventarisasi pos dan analisis dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan untuk mendapatkan jumlah pos hidrologi yang ideal dan efektif serta dapat menggambarkan karakteristik hidrologi pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Wilayah Sungai (WS)
Masukkan dalam Basis Data Dan Sistem Informasi
Metoda
Rasionalisasi Pos Hidrometri
Rasionalisasi Pos Curah Hujan
Rasionalisasi Pos Iklim
Survai & Identifikasi Persiapan Input Data Prosessing Data & Analisis
Analisis, Pembobotan dan Regional
Running Model Stepwise
Tidak Operasi Operasi Identifikasi
Pos yg Dominan Pos yang
Tidak Dominan
Dibangun Lagi
Tidak Dibangun
Lagi
Mutlak Perlu
Skala Prioritas
Pengurangan Jumlah Pos
Realokasi Pos
Plot Parameter Iklim pd Peta Jaringan Pos Klimatologi
Buat/Tarik Garis-garis yang mempunyai besaran sama
Identifikasi dan Evaluasi
Pengurangan Jumlah Pos
Realokasi Pos
Metode 1) Kagan: Penentuan jumlah pos hujan dan plotting lokasi2) Kriging: Penentuan jumlah pos hujan berdasarkan garis
isohyet3) Step wise: Evaluasi jumlah pos hujan yang dibutuhkan
yang berkontribusi dan berpengaruh terhadap banjir dan aliran pada pos duga air yang ada di bagian hilir
4) Scoring Pembobotan: Evaluasi terhadap pos hujan dan pos duga air eksisting dengan memberikan skor/bobot serta menggunakan kriteria
5) Standard WMO: Penentuan jumlah pos hujan berdasarkan kondisi topografi dan garis lintang
Metode Kagan:Dari beberapa cara penetapan jaringan pos hujan yang ada, terdapat cara yang relatif sederhana dalam pemakaian, baik dalam pegertian yang dibutuhkan maupun prosedur hitungannya. Keuntungan cara ini adalah selain jumlah stasiun yang dibutuhkan dengan tingkat ketelilitian tertentu dapat ditetapkan, akan tetapi juga sekaligus cara yang dapat memberikan pola penempatan stasiun hujan dengan jelas.
Metode Kagan:Cara ini dikemukakan oleh Kagan (1967). Pada dasarnya cara ini mempergunakan analisis statistik dan mengaitkan kerapatan jaringan pengukur hujan dengan kesalahan interpolasi dan kesalahan perataan. Dengan menandai bahwa variabilitas ruang dapat dikuantifikasikan dengan korelasi antara stasiun, Metode Kagan dapat menetapkan jaringan stasiun hujan yang memenuhi kriteria kesalahan yang ditetapkan.
Fungsi korelasi tersebut dapat disajikan seperti pada persamaan sebagai berikut:
• keterangan:• r(ρ) = koefisien korelasi untuk jarak ρ• r(o) = koefisien korelasi antara setasiun
dengan jarak yang sangat kecil (± 0 km)• ρ = jarak antara setasiun, km• r = radius korelasi, yaitu jarak antara setasiun
dimana korelasi berkurang dengan faktor e.
oeorr
)()(
Untuk luas DAS sebesar A km2 dan jumlah setasiun hujan yang ada sebanyak N, maka
relative root mean square error, Z1 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah
ini :
NN
AorC
h
NEZ o
v
)23.0)(1(
1
h
hσvC
Dengan mensubstitusikan persamaan – persamaan di atas maka diperoleh persamaan yang
lebih sederhana seperti pada persamaan di bawah ini :
lororCZo
v )(49.0)(1
31
3
selanjutnya dengan mensubstitusikan persamaan untuk menghitung jarak antara setasiun
dengan persamaan untuk menghitung Z3 maka diperoleh persamaan menghitung kesalahan
interpolasi seperti pada persamaan di bawah ini :
NAororCZ
ov
)(52.0)(131
3
Hasil Perhitungan Kagan di DAS Konawe
Luas = 6958 km Z1 : Kesalahan Perataan (Hitungan)
r(o) = 0.702 Z3 : Kesalahan Interpolasi
ρo = 50 km N : Jumlah Pos
Cv = 0.568 L : Jarak Antara Pos
N Z1 Z3 L N Z1 Z3 L N Z1 Z3 L N Z1 Z3 L 1 46.897 47.804 89.25 26 6.806 26.567 17.50 51 4.717 24.405 12.50 76 3.810 23.363 10.24
2 30.305 41.349 63.11 27 6.666 26.431 17.18 52 4.668 24.350 12.38 77 3.784 23.332 10.17
3 23.637 38.142 51.53 28 6.534 26.302 16.87 53 4.620 24.297 12.26 78 3.758 23.301 10.11
4 19.877 36.095 44.63 29 6.409 26.179 16.57 54 4.574 24.245 12.15 79 3.733 23.271 10.04
5 17.407 34.629 39.92 30 6.291 26.061 16.30 55 4.529 24.195 12.03 80 3.708 23.241 9.98
6 15.635 33.505 36.44 31 6.179 25.949 16.03 56 4.486 24.146 11.93 81 3.683 23.212 9.92
7 14.289 32.605 33.73 32 6.073 25.842 15.78 57 4.443 24.098 11.82 82 3.659 23.183 9.86
8 13.224 31.861 31.56 33 5.972 25.739 15.54 58 4.402 24.051 11.72 83 3.636 23.155 9.80
9 12.356 31.231 29.75 34 5.875 25.640 15.31 59 4.362 24.005 11.62 84 3.613 23.127 9.74
10 11.631 30.689 28.22 35 5.783 25.546 15.09 60 4.323 23.961 11.52 85 3.590 23.099 9.68
11 11.015 30.214 26.91 36 5.695 25.455 14.88 61 4.285 23.917 11.43 86 3.568 23.072 9.62
12 10.483 29.793 25.77 37 5.611 25.367 14.67 62 4.248 23.875 11.34 87 3.546 23.046 9.57
13 10.018 29.418 24.75 38 5.530 25.282 14.48 63 4.211 23.833 11.24 88 3.525 23.020 9.51
14 9.608 29.079 23.85 39 5.453 25.201 14.29 64 4.176 23.792 11.16 89 3.504 22.994 9.46
15 9.241 28.771 23.05 40 5.379 25.122 14.11 65 4.142 23.752 11.07 90 3.483 22.969 9.41
16 8.912 28.490 22.31 41 5.307 25.046 13.94 66 4.108 23.713 10.99 91 3.463 22.944 9.36
17 8.615 28.231 21.65 42 5.238 24.973 13.77 67 4.075 23.675 10.90 92 3.443 22.920 9.31
18 8.344 27.992 21.04 43 5.172 24.902 13.61 68 4.043 23.638 10.82 93 3.423 22.896 9.26
19 8.096 27.771 20.48 44 5.108 24.833 13.46 69 4.012 23.601 10.74 94 3.404 22.872 9.21
20 7.868 27.565 19.96 45 5.046 24.766 13.31 70 3.981 23.565 10.67 95 3.385 22.848 9.16
21 7.658 27.372 19.48 46 4.987 24.701 13.16 71 3.951 23.530 10.59 96 3.366 22.825 9.11
22 7.463 27.191 19.03 47 4.929 24.639 13.02 72 3.922 23.495 10.52 97 3.348 22.803 9.06
23 7.282 27.021 18.61 48 4.874 24.578 12.88 73 3.893 23.461 10.45 98 3.330 22.780 9.02
24 7.113 26.861 18.22 49 4.820 24.518 12.75 74 3.865 23.428 10.38 99 3.312 22.758 8.97
25 6.954 26.710 17.85 50 4.768 24.461 12.62 75 3.837 23.395 10.31 100 3.294 22.737 8.93
METODE KRIGINGKriging adalah salah satu teknik untuk interpolasi fenomena ruang nonstationar, terdapat
beberapa tipe teknik dalam Kriging, tetapi ide dasar dari semua itu sama yaitu bahwa jika x
menyatakan satu titik pada ruang dan Z(x) adalah fungsi dari x yang diketahui dalam
pengamatan x1, x2, x3, . . . ., xn, ,selanjutnya estimasi Z*(x0) untuk Z(x0) suatu lokasi yang
tidak di ukur (non-measured) akan berbentuk :
n
iii xZxZ
10
* )(*)(
suatu kombinasi linear dari nilai-nilai pengamatan dengan bobot i untuk tiap titik
pengamatan ke i.
Perbedaan antara nilai estimasi Z*(x0) dan nilai sebenarnya Z(x0) untuk suatu kombinasi
bobot (weight) seperti di atas disebut kesalahan estimasi (estimation error) est . Jika tidak
ada tren maka Z*(x0) adalah estimasi tidak bias (unbiased) dari Z(x0), nilai ekspetasi
perbedaan antara nilai estimasi dan sebenarnya akan menjadi nol :
)()(0)()( 00*
00* xZExZEatauxZxZE
variansi error, biasa di sebut variansi estimasi (the estimation variance) yang adalah
perbedaan kwadrat rata-rata, secara umum dengan titik-titik estimasi linear kombinasi dari
nilai-nilai 1, 2, 3, . . . . .,n maka variansi error seperti berikut
2
00*2 )()( xZxZE
Kriging biasa (Ordinary Kriging) adalah tipe Kriging yang paling sering digunakan, adapun
digunakannya tipe ini dengan syarat variabel stationary dan kovarian diketahui,
kontroversinya rata-rata tidak diketahui.
Model asumsi Ordinary Kriging merujuk pada persamaan berikut :
Z(x) = m + (x).
Dimana m adalah rata-rata stationary yang tidak diketahui. Nilai perkiraan dari kesalahan
pada tiap lokasi tertentu jika ada dianggap sebagai bias., Karena implementasi kondisi tidak
bias, maka persamaan fungsi estimasi linear dapat di tulis sebagai :
mxZExZEn
iii
)()(* 01
dengan konstrain pertama
n
ii
11 , jelas ini jaminan tidak bias karena jumlah koefisien adalah satu.
Konstrain yang kedua adalah bahwa bobot i harus diselesaikan dengan variansi error
minimal. Untuk itu digunakan teknik Langrangian Multiplier, yaitu parameter optimal harus
memenuhi persamaan :
nixxxx iji
n
jj ,.......,3,2,1),(),( 0
1
n
ii
11
di mana
),( ji xx = Semivarian Z antar titik-titik sampling.
),( 0 ixx = Semivarian antara titik sampling xi dan titik estimasi x0
Reliabilitas dari interpolasi diperoleh dengan solusi dari bobot-bobot :
),()()()( 01
2
00*
02
j
n
jjk xxxZxZEx
Estimasi error variansi 2k sangat bergantung pada jumlah dan lokasi dari lokasi-lokasi yang
diamati. Oleh sebab itu 2k , adalah alat yang efisien untuk penyelesaian permasalahan
optimasi jaringan, dan perlu ditekankan juga bahwa 2k bukanlah error estimasi ruang nyata
aktual, tetapi error pemodelan.
ANALISA BOBOTTahapan analisa Bobot disusun sebagai berikut :1. Penentuan Jaringan Pos Hidrologi:
a) Menentukan jaringan pos duga air (AWLR)b) Menentukan jaringan pos curah hujan.c) Menentukan jaringan pos iklim/klimatologi.
2. Survey Kondisi Pos:d) Masih Beroperasie) Tidak Beroperasi
3. Penentuan Klasifikasi Pos Masih Beroperasi:f) Pos Hidrologi Mutlak Perlu: Dipilih Sebagai Pos Primerg) Pos Hidrologi Perlu: dilanjutkan pengoperasiannya dengan
skala prioritas, ditentukan sebagai pos sekunder atau pos khusus.
Analisa Bobot (Lanjutan)4. Penentuan Klasifikasi Pos Tidak Beroperasi:
a) Diusulkan di lokasi yang bersangkutan dibangun Pos Hidrologi (manual) selama minimal 5 (lima) tahun untuk selanjutnya menjadi Otomatik atau tetap Manual
b) Diusulkan dihentikan pengoperasiannya5. Scoring/Pembobotan6. Analisa Bobot
Analisis Pos Duga Air1. Pos Duga Air Klasifikasi Mutlak-Perlu:a) Pos hidrometri yang termasuk klasifikasi sebagai pos Duga Air
Mutlak-Perlu dipilih secara sengaja, dipilih berdasarkan fungsi dan kondisi lokasi di lapangan.
b) Tanpa adanya data hidrometri di lokasi tersebut maka analisis hidrologi yang terkait tidak akan akurat dan sulit untuk diganti fungsinya dengan data dari lokasi pos duga air lainnya, meskipun berdasarkan kondisi lapangan pos tersebut mungkin sekali perlu dilakukan rehabilitasi atau bahkan relokasi.
2. Pos Duga Air Klasifikasi Perlu: Ditentukan Berdasarkan Skala Prioritas:
c) Prioritas Pertamad) Prioritas Keduae) Prioritas Ketiga
Penentuan skala prioritas :
Keterangan:SP = nilai skala prioritasF = nilai dari faktor penentuk = koefisien faktor penentui = 1, 2, 3,.... ...... n banyaknya faktor penentu.Ketentuan :a) Skala prioritas pertama (SP I) diperoleh jika: SP>SPRAT + 1 SDb) Skala prioritas kedua (SP2) diperoleh jika:
SPRAT- 1 SD<SP<SPRAT + 1 SDc) Skala prioritas ketiga (SP3) diperoleh jika : SP < SPRAT - 1 SD
Dalam hal ini SPRAT = nilai SP rata-rata dan SD = deviasi standar nilai SP.
No Faktor Penentu Koefisien Faktor (k) Banyaknya Unsur
1 Fungsi Pos Hidrometri 3 6
2 Jenis Pos 3 2
3 Lama Pengamatan 1 3
4 Kondisi Alur Sungai 3 3
5 Kondisi Bangunan Pos 3 3
6 Kemudahan Pengukuran Banjir 2 3
7 Kecocokan Lokasi Pos 3 3
8 Usulan keberadaan pos 1 5
Tabel Faktor Penentu dan Koefisien Faktor Pos Duga Air
Penjelasan Tabel:a) Faktor penentu = faktor dominan berpengaruh terhadap
pengoperasian posb) Koefisien faktor (k) = nilai skor faktor penentuc) Banyaknya unsur penentu = jumlah unsur setiap faktor penentu
untuk diberi skor.
No. Faktor Penentu Unsur Skor (F)1 Fungsi Pos Duga Air Pendataan Aliran (Kontinyu 3
Ketersediaan Air 3Peramalan Banjir 2Pengoperasian Bangunan Air 3Konservasi 2Penelitian dan Perekayasaan 1
2 Jenis Pos PDAO 3PDAB 1
3 Lama Pengamatan Lebih dari 10 tahun 35 - 10 tahun 2Kurang dari 5 tahun 1
4 Kondisi Alur Sungai Stabil 3Agak Stabil 2Tidak Stabil 1
Skor Unsur Faktor Penentu
Skor Unsur Faktor Penentu (Lanjutan)
5 Kondisi Bangunan Pos Berfungsi dengan Baik 3Rusak Ringan 2Rusak Berat 1
6 Kemudahan Pengukuran Mudah 3Banjir Agak Sulit 2
Sulit 1
7 Kecocokan Lokasi Pos Cocok 3Agak Cocok 2Tidak Cocok 1
8 Usulan Keberadaan Pos Ditingkatkan ke Otomatik 3Dipertahankan 3Diperbaiki 2Direalokasi 2Ditutup 1
Contoh Scoring Pos Duga Air2 Jenis Pos PDAO 2 2 43 Lama Pengamatan Kurang dari 10 tahun 1 3 34 Kondisi Alur Sungai Stabil 3 3 275 Kondisi Bangunan Pos Rusak Ringan 2 3 96 Kemudahan Pengukuran BanjirMudah 3 3 277 Kecocokan Lokasi Pos Cocok 3 3 278 Usulan Keberadaan Pos Dipertahankan 3 5 125
438
Hasil Perhitungan Analisa Bobot Pos Duga Air
Nilai I II III1 Roraya 64 SP II2 Lahambuti - Abuki 67 SP II3 Lasoslo/Asera 61 SP II4 Laeya/Panggaluku 50 SP III5 Pohara 64 SP II6 Lahumbuti/Amesiu 76 SP I7 Kabongka 65 SP II8 Kambara 68 SP II9 Kraton - Bau-bau 64 SP II
10 Konaweha/Tamboli 68 SP II11 Oko-Oko 51 SP III12 Aopa 76 SP I13 Poleang 54 SP III14 Rantai Angin 65 SP II15 Konaweha 73 SP I16 Sabilambo 68 SP II17 Asera - Telemetri 54 SP III18 Polopolora 57 SP II19 Lamonae 60 SP II20 Konaweha/Wawolemo62 SP II
Rata-Rata 63.35Std Deviasi 7.48SPRAT + 1 Std. 70.83SPRAT - 1 Std. 55.87
Skala PrioritasNo.Nama Pos Duga Air
No Faktor Penentu Koefisien Faktor (k)
Banyaknya Unsur
1 Fungsi Pos Hujan 3 6
2 Jenis Pos 3 2
3 Panjang Data Pengamatan 3 3
4 Kualitas Data 3 3
5 Kontinuitas Data 2 3
6 Kondisi Pos 3 3
7 Lingkungan Sekitar 2 2
8Korelasi dengan Pos
Lainnya3 3
9 Tata Letak Pos 2 3
10 Saran Hasil Survei 1 5
Faktor Penentu dan Koefisien Faktor Pos Hujan
No. Faktor Penentu Unsur Skor (F)
1 Fungsi Pos Hujan Pendataan & karakteristik hidrologi 3
Ketersediaan air 3
Peramalan/prakiraan 2
Pengoperasian bangunan air 3
Konservasi 2
Penelitian dan Perekayasaan 1
2 Jenis Pos PDAO 3
PDAB 1
3 Panjang Data Pengamatan Lebih dari 30 tahun 3
10-30 tahun 2
Kurang dari 10 tahun 1
4 Kualitas Data Baik 3
Sedang 2
Kurang 1
Skor Unsur Faktor Penentu
Skor Unsur Faktor Penentu (Lanjutan)
5 Kontinuitas Data Terus Menerus 3
Kadang Terputus 2
Sering Terputus 1
6 Kondisi Bangunan Pos Baik Berfungsi 3
Rusak Ringan 2
Rusak Berat 1
7 Lingkungan Sekitar Terbuka 3
Terganggu 1
8 Korelasi dengan Pos Lemah 3
Lainnya Sedang 2
Kuat 1
9 Tata Letak Pos Di tengah DAS 3
Di hulu DAS 2
Di hilir DAS 1
10 Saran Hasil Survei di Ditingkatkan ke otomatik 3
Lapangan Dipertahankan keberadaannya 3
Direhabilitasi 2
Derealokasi 2
Ditutup 1
Contoh Skoring Pos Hujan
1 Fungsi Pos Pendataan & Karakteristik Hid.3 6 2162 Jenis Pos Otomatik 3 2 83 Panjang Data 10 -30 tahun 2 3 94 Kualitas Data Sedang 2 3 95 Kontinuitas Data Terus Menerus 3 3 276 Kondisi Bangunan PosRusak Ringan 2 3 97 Lingkungan Sekitar Terbuka 3 2 88 Korelasi dg Pos lain Lemah 3 3 279 Tata Letak Pos Di Hilir Pos Duga Air 1 3 3
10 Saran Hasil Survey Dipertahankan 3 5 125441
No Jumlah Faktor
Koef Faktor SkorUnsurFaktor Penentu
Hasil Perhitungan Analisa Bobot Pos Hujan
Nilai I II III1 Wiwirano 64 √2 Onebute 93 √3 Asera 72 √4 Lambuya 87 √5 Mitoha 75 √
23 Wua-Wua 63 √24 Patowonua 67 √25 Tinobu 81 √26 Abuki 77 √27 Lamonae 84 √
Rata-Rata 75.56Standard Deviasi 7.33SPRAT + 1Sdev 82.89SPRAT - 1Sdev 68.22
No. Nama Pos Duga Air Skala Prioritas
Rasionalisasi Jaringan Pos Klimatologi:• Belum ada ketentuan yang mengatur kerapatan jaringan
pos klimatologi• Dibangun atas dasar kebutuhan untuk menunjang
pengembangan dan operasional bangunan SDA, untuk mengetahui besarnya evaporasi yang terjadi
• Menggunakan ketentuan bahwa setiap perbedaan elevasi 100 m, maka akan terjadi perubahan suhu 0.50 C. Perubahan iklim baru signifikan pada setiap perbedaan suhu sebesar 10 C, sehingga dalam perencanaan pos klimatologi digunakan ketentuan bahwa setiap perbedaan elevasi 200 m atau perbedaan suhu 10 C, disarankan untuk dibangun 1 buah pos klimatologi
No. KRITERIA PEMILIHAN MANUAL OTOMATIK (GRAFIK / LOGGER) TELEMETRI1 MANFAAT KETERSEDIAAN AIR KETERSEDIAAN AIR PERINGATAN DINI BANJIR2 WAKTU PEMANTAUAN SESAAT, 2-3 X/HARI KONTINU, MINGGUAN/BULANAN TEPAT WAKTU, MENIT/JAM3 TAHAPAN STUDI PRE-FEASIBILITY FEASIBILITY / DETAIL DESAIN OPERASIONAL4 BIAYA MURAH SEDANG MAHAL5 AKURASI RENDAH SEDANG AKURAT6 PENGIRIMAN INFORMASI LAMBAT INFORMASI MANDOR PENGIRIMAN LANGSUNG7 PERSYARATAN ADA PENGAMAT ADA PENGAMAT ADA SIGNAL8 LOKASI ADA DESA / PENDUDUK ADA DESA / PENDUDUK TERPENCIL / JARANG PENDUDUK
Pemilihan Jenis Pos Hidrologi
No. KRITERIA PEMILIHAN MANUAL OTOMATIK (GRAFIK / LOGGER) TELEMETRI1 MANFAAT KETERSEDIAAN AIR KETERSEDIAAN AIR PERINGATAN DINI BANJIR2 WAKTU PEMANTAUAN SESAAT, 2-3 X/HARI KONTINU, MINGGUAN/BULANAN TEPAT WAKTU, MENIT/JAM3 TAHAPAN STUDI PRE-FEASIBILITY FEASIBILITY / DETAIL DESAIN OPERASIONAL4 BIAYA MURAH SEDANG MAHAL5 AKURASI RENDAH SEDANG AKURAT6 PENGIRIMAN INFORMASI LAMBAT INFORMASI MANDOR PENGIRIMAN LANGSUNG7 PERSYARATAN ADA PENGAMAT ADA PENGAMAT ADA SIGNAL8 LOKASI ADA DESA / PENDUDUK ADA DESA / PENDUDUK TERPENCIL / JARANG PENDUDUK
KATEGORI POS HIDROLOGI a. Pos primer, dioperasikan dalam jangka waktu
tidak terbatas untuk semua sektor bagi keperluan prakiraan dan analisis sumber daya air, b. Pos sekunder, dioperasikan sesuai kebutuhan dengan tujuan menambah ketelitian untuk keperluan tertentu,
c. Pos khusus, dibangun untuk keperluan jangka pendek, guna perencanaan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak serta dapat ditingkatkan menjadi pos sekunder.
KRITERIA PENYEBARAN POS HIDROLOGI
Kriteria penyebaran dan jumlah pos, didasarkan pada kebutuhan dan akurasi yang diinginkan dengan mengacu pada hasil studi rasionalisasi melalui tahap evaluasi agar diperoleh jaringan pos hidrologi yang memadai dengan mempertimbangkan:a) Kerapatan pos hidrologi yang sudah ada (existing)b) Kondisi geografis dalam suatu DAS (hulu, tengah dan
hilir) yang digunakan untuk keperluan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak
c) Perubahan iklimd) Rencana pengembangan dan perubahan
penggunaan lahan (landuse) di DAS, sesuai dengan Pola Pengelolaan SDA, Master Plan, RUTR dll
e) Keberadaan bangunan prasarana sumber daya air, f) Kemudahan dalam pengelolaan dan Keamanan Posg) Kemampuan pembiayaan untuk operasi dan
pemeliharaan.
KRITERIA UMUM POS HIDROLOGI a)Memperhatikan hasil evaluasi kerapatan jaringan
pos hidrologi yang telah ada.b)Didasarkan pada hasil kajian kebutuhan
rehabilitasi /penambahan/pembangunan pos berdasarkan tingkat akurasi yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan pendanaan dan sumber daya manusia yang tersedia serta rencana pengembangan sumber daya air.
c)Penentuan jenis pos hidrologi (alat biasa/otomatik/telemetri) perlu memperhatikan tujuan, ketelitian data yang diinginkan dan rencana pengembangan sumber daya air.
d)Ada kesepakatan dengan pemilik tanah/lahan yang akan digunakan sebagai lokasi pos hidrologi (status tanah tidak dalam sengketa).
e)Lokasi pos diusahakan dekat dengan permukiman penjaga pos/penduduk dan mudah jangkauannya (untuk tujuan keamanan dan kemudahan dalam pelaksanaan pencatatan/inspeksi pos).
KRITERIA UMUM POS HIDROLOGI (Lanjutan) f) Tidak membangun pos hidrologi pada lokasi
yang sama/berdekatan dengan pos hidrologi milik instansi lain
g) Terdapat lahan tambahan untuk membangun pos jaga yang berfungsi sebagai ruang kerja penjaga pos dalam menjalankan tugas-tugasnya (khusus pos klimatologi).
h)Untuk pos berbasis Global Standard for Mobile Communications (GSM), lokasi yang dipilih harus mempertimbangkan kekuatan signal provider yang akan digunakan.
i) Pos/stasiun hidrologi yang dibangun agar dilengkapi : - bangunan pos hidrologi; - pagar pengaman;- papan informasi pos; - patok bench mark (BM).
Kriteria Khusus
a) Pos hujan dan iklim : 1) Lokasi pos dapat mewakili gambaran distribusi hujan
DAS. 2) Terdapat ruang terbuka di atas lokasi pos
sebesar 45o yang diukur dari garis tengah pos. 3) Jarak pos dengan pohon/bangunan
terdekat minimal sama dengan tinggi pohon/bangunan tersebut.
4) Terletak pada lahan datar. 5) Tidak terletak pada daerah bayangan hujan
b) Pos Duga air : 1) Lokasi pos pada saat banjir air sungai tidak
melimpah.2) Pada lokasi pos tidak terpengaruh pengempangan
(arus balik), pasang surut atau aliran lahar. 3) Tersedia penampang kendali (section control).4) Terletak pada alur sungai lurus sepanjang 4 kali
lebar sungai rata-rata pada saat banjir.5) Penampang melintang sungai uniform sehingga
penyebaran aliran merata dalam satu palung sungai
6) Penampang sungai mempunyai struktur geologi yang stabil.
7) Tersedia lokasi pengukuran debit dan muka air pada saat air rendah sampai dengan muka air tinggi.
8) Tersedia lokasi untuk pemasangan sarana pengukuran debit, misalnya untuk winch cable way dan kereta gantung.
9) Memungkinkan untuk ditingkatkan menjadi pos telemetri
muka air maksimum
muka air minimumNol papan duga
Titik tetap sementara
Gambar Contoh sketsa melintang pos duga air biasa
Gambar B.2 Contoh sketsa melintang pos duga air tipe konsol
muka air minimum
titik tetap sementara
muka air maksimum
puncak papan duga
Nol papan duga
Gambar Pos Duga Air Tipe Konsol
Gambar B.3 Contoh sketsa melintang pos duga air tipe pembilas (flushing)
muka air maksimum
muka air minimum papan duga
puncak papan duga
Gambar Pos Duga Air Tipe Flushing
c) Pos pemantauan kualitas air : Penentuan dan pemilihan lokasi pos pemantauan kualitas air perlu mempertimbangkan : 1)Kegunaan data yang akan dipantau (tujuan dari pemeriksaan). 2) Pemanfaatan sumber-sumber air. 3) Lokasi sumber pencemar baik yang sumber titik (point
sources) maupun tersebar (non points sources) untuk sumber pencemar dari kegiatan permukiman, industri, pertanian dan kehutanan.
4) Bangunan air yang sudah ada / sarana pengambilan contoh air (misalnya adanya jembatan, pos duga air dan bendung).
5) Pemilihan lokasi pemantauan kualitas air minimal ada yang mewakili sebagai: a) baseline station (lokasi pos pemantauan yang
terletak pada daerah yang belum terpengaruh aktivitas manusia)
b) impact station (lokasi pos pemantuan yang terletak pada daerah yang sudah terpengaruh aktivitas manusia dan pemanfaatan sumber air) c) dan lokasi pemantauan khusus untuk sumber
pencemar zat- zat berbahaya.