+ All documents
Home > Documents > Kebijakan deviden

Kebijakan deviden

Date post: 04-Nov-2023
Category:
Upload: widyatama
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya.. Dividen akan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen. Dividen merupakan hak pemegang saham ( common stock) , untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan dalam bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama. Namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan dari pembagian dividen pemegang saham biasa. Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham. Dalam pembagian dividen ada istilah yaitu kebijakan dividen . Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikann kembali di dalam perushaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah keijakan yang menciptakan kesimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham . Hal inilah yang melatar belakangi penyusunan makalah ini , lebih lanjut penjelasan mengenai Kebijakan Dividen akan dibahas dalam makaah ini secara lebih terperinci dan jelas. 1
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding

dengan jumlah lembar yang dimiliki. Biasanya dividen dibagikan dengan

interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang diadakan pembagian dividen

tambahan pada waktu yang bukan biasanya.. Dividen akan diterima oleh

pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang

untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap

layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen. Dividen merupakan hak

pemegang saham ( common stock) , untuk mendapatkan bagian dari

keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan

dalam bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang

sama. Namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih

diutamakan dari pembagian dividen pemegang saham biasa.

Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan

yang dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan

sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham. Dalam

pembagian dividen ada istilah yaitu kebijakan dividen .

Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau

menahannya guna diinvestasikann kembali di dalam perushaan. Kebijakan

dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah keijakan yang

menciptakan kesimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa

mendatang sehingga memaksimumkan harga saham . Hal inilah yang melatar

belakangi penyusunan makalah ini , lebih lanjut penjelasan mengenai

Kebijakan Dividen akan dibahas dalam makaah ini secara lebih terperinci dan

jelas.

1

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas ,

adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat diidentifikasi

sebagai berikut :

1.2.1. Bagaimana konsep kebijakan dividen ?

1.2.2. Apa saja teori – teori kebijakan dividen ?

1.2.3. Bagaimana bentuk – bentuk kebijakan dividen ?

1.2.4. Apa pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset pemegang

saham ?

1.2.5. Apa saja aspek dalam kebijakan dividen ?

1.3. Tujuan

Berdasarkan uraian pada latar belakang serta rumusan masalah yang telah

dikemukakan sebelumnya , maka tujuan penyusunan makalah ini , yaitu:

1.3.1. Menjelaskan konsep kebijakan dividen .

1.3.2. Mengetahui teori – teori kebijakan dividen .

1.3.3. Menjelaskan bentuk – bentuk kebijakan dividen .

1.3.4. Mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai asset

pemegang saham .

1.3.5. Menjelaskan aspek - aspek dalam kebijakan dividen .

1.4. Kegunaan

Kegunaan dari penyusunan makalah ini , adalah sebagai berikut :

1.4.1. Dari aspek keilmuan (teoritis); makalah ini diharapkan agar

menambah wawasan pengembangan ilmu, khususnya ilmu

pengetahuan manajemen keuangan yang berkenaan dengan

Kebijakan Dividen.

1.4.2. Dari aspek praktis; makalah ini diharapkan dapat membantu para

siswa dalam memahami dan mengetahui cara menentukan

Kebijakan Dividen.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Kebijakan Dividen

2.1.1. Pengertian Kebijakan Dividen

Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut Agus

Sartono (2008:281) menyatakan bahwa :

“ Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen

atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

dimasa datang ” .

Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto

(2008:265) menyatakan bahwa :

“ Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan

penentuan pembagian pendapatan (earning) antara pengguna

pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai

dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti

pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan ” .

Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut I Made

Sudana (2011:167) menyatakan bahwa :

“Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan

perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal

perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan

mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan”.

Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan

salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai

pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan aliran kas yang

dibayarkan kepada para pemeganf saham atau (equity inventors).

Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai

dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya

3

mengurangi total sumber dana intern atau internal financial. Sebaliknya

jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka

kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.

Dari beberapa pengertian kebijakan dividen tersebut diatas dapat

ditarik pengertian secara keseluruhan bahwa kebijakan dividen

menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna

diinvestasikann kembali di dalam perushaan. Kebijakan dividen yang

optimal pada suatu perusahaan adalah keijakan yang menciptakan

kesimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa

mendatang sehingga memaksimumkan harga saham .

2.1.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

            Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

deviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham

antara lain :

1) Posisi likuiditas Perusahaan

Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya

terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan

kebutuhan dana. Deviden bagi perusahaan merupakan kas

keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan

secara keseluruhan, akan semakin besar kemampuan perusahaan

untuk membayar deviden.

2) Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang

Apabila perusahaan mengambil hutang untuk

membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan

yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan, yaitu

perusahaan membiayai hutang itu pada saat jatuh tempo atau

menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain. Jika

keputusannya membayar hutang tesebut, maka biasanya perlu

untuk menahan laba.

4

3) Kemampuan untuk meminjam

Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang

tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini juga merupakan

fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk

membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan

pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu

mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas

perusahaan.

4) Pembatasan dalam perjanjian hutang

Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk

menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya.

5) Tingkat Ekspansi Aktiva

Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin

besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya,

perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada

membayarkannya dalam bentuk deviden.

6) Stabilitas Laba

Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering

kali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan

datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung

membayarkan Devidend Payout Ratio yang tinggi, daripada

perusahaan yang labanya berfluktuasi. Deviden yang lebih

rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun

pada masa yang akan datang.

7) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan,

makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai

pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana

untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya,

perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk

menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen

5

kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-

batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa

makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana

yang dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh

keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan

dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend

payout rationya.

Apabila perusahaan telah mencapai tingkat

pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well

established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan

dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren

lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang

demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout

ratio yang tinggi.         

8) Keadaan Pemegang Saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif

tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang

diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan

tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam

golonganhigh tax dan lebih suka memperoleh capital gains,

maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout

ratioyang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah

tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan

laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk

perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat

menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam

konteks pasar.

9) Pembatasan Hukum

 Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah

dividen yang bisa dibayarkan perusahaan.Menurut Arthur J

Keown, menyatakan bahwa batasan hukum yaitu  Pembatasan

6

menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi perusahaan

dalam membayar dividen.

10) Pengawasan Terhadap Perusahaan

Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya

membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber

interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar

pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang

berasal dari hasil penjualan saham baru akan

melemahkan control dari kelompok dominan di dalam

perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan

uang akan memperbesar risiko financialnya. Mempercayakan

pada pembelanjaan interen dalam usaha

mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti

mengurangi dividen payout ratio nya. 

2.2. Teori – teori Kebijakan Dividen

2.2.1. Teori Ketidakrelevanan Dividen ( Devidend Irrelevance Theory)

Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak

mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun

terhadap biaya modalnya. Jika kebijakan dividen tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan.

Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah

Modigliani-Miller (MM). Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun

kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham

maupun kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut MM

berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power

dan asset perusahaan tersebut. Dengan demikian nilai perusahaan

ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah

laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan

ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

7

MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan

asumsi-asumsi di bawah ini:

1. Pasar modal sempurna, di mana para investor mempunyai

kesamaan informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada

pajak.

2. Para investor bersifat rasional.

3. Semua peserta pasar bersifat price-taker.

4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa

datang dan para investor mempunyai informasi yang sama.

5. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi

dan investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut.

6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage,

maka semua perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.

7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas risiko yang

sama.

8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield

yang sama.

2.2.2. Teori Bird in the Hand

Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John

Lintner (1956) yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan

akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para

investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal

(capital gain) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan

seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan Lintner

berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai

pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang

diharapkan dari keuntungan modal.

MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai

perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen, yang

menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan

8

keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner

sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, yakni: mendasarkan pada

pemikiran bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih

berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian,

perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan

mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula.

Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor

merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam

saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan

dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi

investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko

arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.

2.2.3. Residual Devidend Policy

Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan

kebijakan dividen setelah semua investasi yang menguntungkan habis

dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan ‘sisa’

(residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis

dibiayai.

2.3. Bentuk – bentuk Kebijakan Dividen

2.3.1. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend-Per-Share Policy)

Kebijakan dividen yang stabil yakni jumlah pembayaran dividen

itu sama besarnya dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa

suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan dividen yang stabil

adalah untuk memelihara kesan para investor terhadap perusahaan

tersebut, sebab apabila suatu perusahaan menerapkan kebijakan

dividen yang stabil berarti perusahaan tersebut yakin bahwa

pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun, meskipun

perusahaan mengalami kerugian.

9

2.3.2. Kebijakan Dividen Dengan Penetapan Jumlah Dividen Minimal

Plus Jumlah Ekstra Tertentu

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per

lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih

baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah

minimal tersebut.

2.3.3. Kebijakan Dividend Rayout Ratio (DPR) yang Tetap (Constant

Dividend Payout Ratio Policy).

Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai dengan

jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah

tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi tergantung besarnya

keuntungan bagi pemegang saham. Misalnya DPO 60% dari

keuntungan. Jika keuntungan Rp 1 miliar, maka deviden yang

dibayarkan sebesar 60% x Rp 1 Milyar = Rp 600 juta.

2.3.4. Kebijakan Dividen yang Fleksibel

Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen

payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan

dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang

bersangkutan.

Contoh :

PT. Indrajati selama 8 tahun terakhir mempunyai pola laba bagi

pemegang saham sebagai berikut :

Tabel Laba Untuk Pemegang Saham

Tahun Laba Untuk Pemegang Saham

2001 240.000.000

2002 100.000.000

2003 300.000.000

2004 500.000.000

2005 600.000.000

2006 650.000.000

10

2007 700.000.000

2008 550.000.000

Perusahaan mempunyai lembar saham yang beredar sebanyak 80.000

lembar saham . Dari data tersebut , dapat ditentukan besarnya

kebijakan dividen dia atas sebagai berikut :

a. Laba per lembar saham (Earning per share)

EPS dihitung dengan rumus :

EPS = Laba bagi pemegang saham

Jumlah lembar saham yang beredar

Tahun Perhitungan Earning per share

(Rp)

2001 240.000.000 : 80.000 lbr 3.000

2002 100.000.000 : 80.000 lbr 1.250

2003 300.000.000 : 80.000 lbr 3.750

2004 500.000.000 : 80.000 lbr 6.250

2005 600.000.000 : 80.000 lbr 7.500

2006 650.000.000 : 80.000 lbr 8.125

2007 700.000.000 : 80.000 lbr 8.750

2008 550.000.000 : 80.000 lbr 6.875

b. Besarnya dividen per lembar saham bila perusahaan

menetapkan kebijakan dividen stabil sebesar Rp.1.600 per

lembar kecuali bila laba per lembar saham yang diperoleh

mencapai Rp.6.000 dua periode berturut – turut , dividen akan

dibayarkan menjadi Rp.2.400 per lembar .

Tahun Dividen per lembar (Rp)

2001 1.600

2002 1.600

2003 1.600

2004 1.600

11

2005 2.400

2006 2.400

2007 2.400

2008 2.400

c. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen payout

ratio sebesar 60%

Tahun PerhitunganDividen Per Share

(Rp)

2001 3.000 x 60% 1.800

2002 1.250 x 60% 750

2003 3.750 x 60% 2.250

2004 6.250 x 60% 3.750

2005 7.500 x 60% 4.500

2006 8.125 x 60% 4.875

2007 8.750 x 60% 5.250

2008 6.875 x 60% 4.125

d. Besarnya dividen bila ditentukan kebijakan dividen minimal

sebesar Rp.1.600 dan ditambah ekstra 40% bila laba per

lembar saham yang dicapai lebih besar Rp.5.000

TahunDividen

minimal

Dividen Extra Divide

n Per

SharePerhitungan Jumlah

2001 1.600 - - 1.600

2002 1.600 - - 1.6002003 1.600 - - 1.6002004 1.600 40% x (6.250-5.000) 500 2.100

2005 1.600 40% x (7.500-5.000) 1.000 2.600

2006 1.600 40% x (8.125-5.000) 1.250 2.850

12

2007 1.600 40% x (8.750-5.000) 1.500 3.100

2008 1.600 40% x (6.875-5.000) 750 2.350

2.4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Asset Pemegang

Saham

Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba

sebagai deviden atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam

perusahaan (laba ditahan). Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang

saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga

memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan.

Konsekuensinya, tugas manajer keuangan dituntut untuk bisa menentukan

kebijakan dividen yang optimal, yang menciptakan keseimbangan diantara

dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang. Oleh karena itu, dalam

menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai

faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat memaksimalkan nilai

perusahaan. Berdasarkan pada pemikiran di atas, penulis mencoba untuk

melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor

Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham” . Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kebijakan dividen yang meliputi

posisi solvabilitas, posisi likuiditas, tingkat keuntungan (ROA), dan ukuran

perusahaan baik secara simultan maupun parsial terhadap nilai perusahaan

yang tercermin pada harga pasar saham perusahaan pada sektor industri

perbankan tahun 2003. Dalam penelitian ini unit observasi yang digunakan

adalah 19 perusahaan pada sektor industri perbankan yang sudah go public

atau sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisis

yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan pengujian

secara simultan, faktor-faktor kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan dengan nilai koefisien

determinasi sebesar 44.02%. Berdasarkan pengujian secara parsial, hanya

13

terdapat faktor kebijakan dividen yang berpengaruh signifikan terhadap harga

pasar saham perusahaan, yaitu tingkat keutungan (ROA). Sedangkan tiga

faktor kebijakan dividen lainnya, yaitu posisi solvabilitas, posisi likuiditas,

dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga pasar

saham perusahaan.

2.5. Aspek – Aspek Dalam Kebijakan Dividen

2.5.1. Dividen Saham (Stock Devidend)

Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan

perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham

perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi bertambah.

Jadi, pemberian stock dividen ini dilakukan dengan cara mengubah

sebagian laba ditahan (retained earnings) menjadi modal saham yang

pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal sendiri. Namun

demikian cash flow perusahaan tidak terganggu karena perusahaan

tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukan jika

posisi kas perusahaan atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan.

Investor dalam hal ini akan memiliki lebih banyak saham tetapi laba

per lembar saham lebih rendah. Proporsi pemilikan investor tidak

mengalami perubahan.

Pengaruh kebijakan dividen terhadap :

a) Neraca

Pengaruh stock dividen terhadap neraca adalah

merubah jumlah total saham menjadi meningkat , sehingga

laba , dividen , dan harga per saham seluruhnya menurun .

Dengan menggunakan dividen saham , nilai nominal tetap ,

tettapi pos akuntansi mengadakan pemindahan modal dari

rekening laba yang ditahan ke rekening saham biasa dan modal

disetor (paid-in capital) . Pemindahan modal dari laba yang

ditahan dihitung dengan rumus :

14

Jumlah uang yang dipindahkan dari laba ditahan = jumlah

lembar saham yang beredar x presentase dividen saham x

Harga pasar saham

b) Harga Saham

Jika dividen saham disertai dengan kenaikan dividen

tunai , nilai saham perusahaan akan meningkat . Sebaliknya

jika dividen saham tidak disertai dengan kenaikan dividen

tunai , atau dilusi laba dan dividen per saha menyebabkan nilai

saham akan menurun dengan persentase sebesar dividen

saham. Jadi Faktor fundamental yang menentukan harga

adalah laba dan dividen tunai per saham .

Contoh:

PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:   

Saham biasa (nominal Rp 1000 ;3.000.000 lembar) Rp. 3.000.000.000

Capital surplus 1.500.000.000

Laba ditahan 7.500.000.000

Modal sendiri 12.000.000.000

Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%. Harga

pasar saham Rp 4.000,- Bagaimanakah komposisi modal sendiri

setelah stock dividend?            

Jawab:

Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10%

x 3.000.000 = 300.000lembar.

Stock deviden = 300.000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer

dari laba ditahan ke saham biasa dan capital surplus.            

15

Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300.000 lbr x

Rp.1.000 = Rp 300.000.000, ditransfer ke modal saham biasa, sisanya

Rp.1.200.000.000,- – Rp 300.000.000,- = Rp 900.000.000,-

dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak

berubah. Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT

Abadi :     

Saham biasa Rp. 3.300.000.000 

(nominal Rp.1.000 ; 3.300.000 lembar)        

Capital surplus 2.400.000.000            

Laba ditahan 6.300.000.000    

Modal sendiri 12.000.000.000            

Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar,

sehingga laba per saham (EPS) akan menurun secara proporsional.

Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang

bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi

keuntungan totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen

akan menurunkan harga saham sehingga tidak memberikan manfaat

ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba

tidak berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.    

Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan

memperoleh laba  dan resiko       perusahaan (yang tercermin dalam

biaya modalnya). Kedua factor tersebut      tidak bisadimanipulasi oleh

manajer keuangan. Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan

pemegang saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk

membagikan stock dividend. Umumnya perusahaan memutuskan

untuk membagikan stock dividend, karena mereka memerlukan dana

tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.     

16

2.5.2. Pemecahan Stock (Stock Splits)

Pemecahan Stock (Stock Splits) yaitu pemecahan selembar

saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah

stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan

demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari

perusahaan atau dengan kata lain stock split  tidak mempunyai nilai

ekonomis. Melakukan pemecahan dalam hal, yaitu menambah jumlah

saham dengan cara melalui pengurangan nilai nominalnya. Pada

contoh di atas, jumlah lembar saham 400.000 lembar saham menjadi 2

x 400.000 lembar = 800.000 lembar. Harga nominal saham menjadi

Rp. 2.500 (Rp. 5.000/2).

Dengan demikian struktur modal tidak berubah, dan nilai jual

saham biasa, agio, dan laba tidak mengalami perubahan. Tetapi harga

nominal dan lembar saham berubah proporsional.

Tujuan dari stock split:

  Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli/investor.

  Diharapkan harga akan meningkat.

  Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih

besar, misalnya sebelum dipecahkan membayar dividen Rp.

2.000 per lembar. Setelah dipecahkan hanya membayar dividen

Rp. 1.250 per lembar, maka investor akan menerima dividen Rp.

2.500 dengan nilai penyertaan yang sama besarnya.

Contoh:

PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham.

Komposisi modal sendiri perusahaan adalah sebagai berikut:     

Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Rp 3.000 juta       

Capital surplus Rp 1.500 juta  

Laba ditahan Rp 7.500 juta    

17

Modal sendiri Rp12.000 juta  

Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:            

Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Rp 3.000 juta    

Capital surplus Rp 1.500 juta  

Laba ditahan Rp 7.500 juta    

Modal sendiri Rp12.000 juta  

Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ x Rp.5.000 =

Rp.2.500 per lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar

saham setelah stock split jumlah saha, yang dimilikinya menjadi 2 x

100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami

perubahan. Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada

keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari stock split.

Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:  

Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.     

Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.      

Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya

komposisinya saja yang berubah.

2.5.3. Pembelian Kembali Saham (Repurchasing of Stocks)

Sebagai alternatif pemberian deviden berupa uang tunai,

perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang

saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (repurchasing

stock). Saham yang dibeli kembali itu akan dibukukan sebagai

perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham,

maka jumlah saham yang beredar akan berkurang, bila diasumsikan

pembelian kembali saham ini tidak memberi pengaruh negative

terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang

18

akan, meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar saham

itu akan memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada para

pemegang sahamnya.

Keuntungan dan Kerugian Pembelian Kembali Saham

1. Keuntungan

Dari Sudut Pandang

Pemegang Saham

Dari Sudut Pandang

Manajemen

a. Pengumuman pembelian

kembali sering kali

dipandang sebagai sinyal

positif oleh investor karena

seringkali didorong oleh

keyakinan pihak

manajemen bahwa harga

saham perusahaan terlalu

rendah .

a. Dapat digunakan untuk

akuisisi atau untuk jadi

cadangan saham jika opsi

saham digunakan , atau

obligasi konvertibel ditukar

dengan saham , atau hak

membeli saham

dilaksanakan oleh

pemegang saham .

b. Para pemegang saham dapat

memilih apakah akan

menjual atau tidak saham

yang dimilikinya .

b. Manajemen enggan

menaikkan dividen kecuali

kenaikan tersebutdapat

dipertahankan dimasa

mendatang.

c. Dapat menghilangkan blok

saham yang besar yang

berarti bursa serta menekan

harga per saham.

c. Dapat digunakan untuk

merombak struktur modal .

d. Jika para pemegang saham

adalah orang yang memiliki

kelebihan kas yang banyak

dan memiliki sebagian

19

besar saham perseroan

kemungkinan besar mereka

lebih suka untuk membeli

kembali saham daripada

membagikan dividen

disebabkan faktor pajak.

2. Kerugian

Dari Sudut Pandang Pemegang

Saham

Dari Sudut Pandang

Manajemen

a. Dividen tunai dianggap lebih

dapat diandalkan disbanding

pembelian kembali saham.

a. Ditinjau dari segi hokum ,

mengandung sejumlah risiko

tertentu dalam hal

pembayaran.

b. Pada umumnya perusahaan

melakukan pembelian

kembali sahamnya guna

menghindarkan kemungkinan

adanya gugatan pemegang

saham.

b. Kemungkinan dilakukan

penyidikan jika perusahaan

memanipulasi harga

sahamnya.

c. Perusahaan mungkin

membayar harga yang terlalu

tinggi atas saham yang dibeli

kembali sehingga merugikan

pemegang saham yang tidak

menjual sahamnya .

Contoh:

PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri

manufaktur yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana

wanita dan pria. Pada tahun 2005 memperoleh laba sebesar Rp 550

20

juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada para

pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah

saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar

dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer

keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual

kembali saham biasa yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi

seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per lembar saham.

Berdasarkan data tersebut,carilah:

a. Laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian

kembali saham.        

b. Laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali

saham.          

c. Harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham

dengan asumsi P/E Ratio konstan.

Jawab:

EAT = 550 juta          

Payout Ratio = 50%      

Outstanding share = 1,1 juta  

P saham = Rp 2500 / lembar  

P treasury stock = Rp 2750 / lembar  

a. Sebelum kebijakan pembelian saham:         

EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar       

Price <- PER = 2500 / 500 = 5           

EPS

b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:         

EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta

= Rp.275,- juta                    

Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 =

100 ribu lembar        

EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar       

21

c. P saham = PER X EPS = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-

BAB III

KESIMPULAN

22

Dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada

pemegang saham.

Kebijakan dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus

diikuti dalam membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan).

Kebijakan dividen merupakan salah satu faktor penting yang harus

diperhatikan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini karena

kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap banyak pihak, baik

perusahaan yang dikelola itu sendiri, maupun pihak lain seperti pemegang saham

dan kreditur.

Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan

keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah

keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi

kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk

menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Faktor

yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan,

kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan,

pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan,

stabilitas return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden

yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat

tentang relevansi deviden (relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden

yaitu kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah

deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan

penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.

DAFTAR PUSTAKA

23

Anonim . 2014. Manajemen Keuangan (Deviden). [online] .

http://achtighk.blogspot.com/. [11 Desember 2014]

Rudi Hartono . 2011 . Makalah Kebijakan Deviden . [online].

http://odytanpar.blogspot.com/2011/07/kebijakan-deviden.html . [11 Desember

2014]

Anonim . 2011 . Kebijakan Dividen . [online] .

http://iamluckyone.blogspot.com/2011/05/kebijakan-dividen.html . [11 Desember

2014]

Muzakar Kohar . 2014 . Kebijakan Dividen . Bandung

LAMPIRAN

24

Jurnal yang berjudul “ STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN UTANG DAN NILAI PERUSAHAAN (OWNERSHIP STRUCTURE, DIVIDEND POLICY AND DEBT POLICY AND FIRM VALUE )” , oleh Sri Sofyaningsih dan Pancawati Hardiningsih.

25


Recommended