Date post: | 23-Nov-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 2 times |
Download: | 0 times |
0 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
BAHAN AJAR
MATA KULIAH STRUKTUR BETON PRATEKAN
JILID 1
Oleh :
Ir. H. Armeyn Syam, MT
PROGRAM STUDI – S1 TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
Mei 2013
1 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan usulan bahan ajar terseleksi yang direncanakan
oleh Institut Teknologi Padang pada semester ganjil 2013/2014 yang
paling lambat 23 Agustus 2013 tersebut baru dapat di selesaikan dimana
bahan ajar yang dibutuhkan dalam kuliah Struktur Beton Pratekan.
Bahan ajar ini terdiri dari 2 (dua) jilid. Yang baru di selesaikan saat
ini adalah jilid I .
Kepada para mahasiswa yang membaca / mamakai bahan ajar ini
semoga dapat belajar lebih banyak lagi karena ini merupakan dasar-dasar
struktur Beton Pratekan. Bahan ajar ini merupakan kesimpulan dari
beberapa textbook dan peraturan peraturan, dan kami harapkan dapat
menambah pengetahuan mahasiswa, dengan buku buku lain diharapkan
pelaksanaan struktur beton pratekan sudah mulai populer di alam
pembangunan Indonesia
Kritik dan saran kami harapkan agar tulisan ini dapat lebih
sempurna semagaimana yang diharapkan
Selamat belajar
Padang, 23 Agustus 2013
Penulis
Ir. H. Armeyn Syam, MT
2 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
BETON PRATEKAN
1. Pendahuluan
1.1. Kekuatan melawan tarik beton jauh lebih kecil dari kekuatan lawan
tekannya. ( Lihat gambar 1.1)
Oleh sebab itu umumnya pada pembebanan lentur kegagalan blok
beton adalah akibat retakkaan yang terjadi tarik didaerah tarikan
penampang.
Untuk menghindarai jalan ini perlawanan tarik didaerah tarikan
penampung dipikulkan pada bhan lain yang mempunyai lawan tarik yang
tinggi (baja) ; konstruksi ini disebut beton bertulang.
Dengan meningkatnya kemajuan teknologi, sekarang sudah bisa diperoleh
bahan konstruksi yang bermutu tinggi, misalnya baja dengan kekuatan
sampai 17500 kg/cm2 ( high tensioned steel)
Jenis baja ini tidak sesuai untuk dipakai dalam konstruksi beton
bertulang biasa, modulus elstis baja adalah = 2-2,1 x 106 kg/cm2.
Pada tegangan tinggi regangan yang terjadi juga sangat besar, dengan
demikian balok beton tulang yang memakai baja jenis ini dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan bajanya akan mengalami retakan-retakan
yang cukup besar, dengan demikian balok boten tulang yang memakai baja
Tekan
Tarik ε
τ
3 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
jenis ini dengan memanfaatkan seluruh kekuatan bajanya akan mengalami
retakan-retakan yang cukup besar pada daerah tarikan, sehingga
mengungkinkan masuknya pengaruh korrosif yang akan merusak
tulangnya. Disamping itu baja jenis ini sangat mudah terpengaruh korrsi
tegangan. Disebabkan hal ini tegangan yang dapat dimanfaatkan pada
baja keras sangat terbatas pada beton tulang.
Dalam konstruksi beton tulang biasanya 30-70 % dari penampang
betonnya tidak efektif, yaitu bagian penampang yang tertarik. Dari segi
ekonomis hal ini tidak menguntungkan, dari segi konstruksi bagian ini.
Dari pertimbangan-pertimbangan diatas keluar ide beton
pratekan.
- Sebelum diberi beban lentur penampang beton terlebih dahulu ditekan
sampaitegangan tertentu (gbr.1.2)
Akibat bekerjanya lentur sebagain penampang akan tertekan dan
sebagain lagi akan tertarik .
Dengan menetapkan besarnya tegangan awal (akibat pratekan)
menurut besarnya momen yang akan bekerja, kombinasi P dan N pada
tekanan ekstrim max tekan ( 10 ττ + ) .
Tidak melewati batan tegangan tekan tertentu dan pada tempat
minimum tekan ( 20 +τ ) tidak melampuai batas tarik tertentu. Sistem
b
d
P M
_
- -
1τ
2τ
10 ττ +
20 ττ + P M P + M A b c
4 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
pembesian pra-tekan yang umum adalah dengan meregangkan tulangan
baja (kabel, tendon) yang berjalan didalam penampang beton menurut
panjang balok/kolom beton Kedua ujung kabel ini diangkerka pada
kedua ujung balok . Akibat tertarik balok dan tertahan oleh angket
pada kedua ujungnya penampang beton menjadi tertekan (lihat gambar
1.3).
Contoh sistem pemberian pratekan (sistem post tensioan) gambar 1.3
Beton pratekan masih memakai tulang biasa, yang berfungsi sebagai
pengaman, perata tegangan pada perangkeran, untuk melawan geser,
makin susut akibat tempratur dan kadang-kadang dipakai untuk
membantu perlawanan tarik didaerah tarikan penampang untuk
perencanaan beton pratekan dengan stadium retak.
1.2. Istilah-istilah dalam beton pratekan
1.3 Pratekan luar. Ujung-ujung balok beton ditekan ditekan dari luar, baik
dengan dongkrak , memakai bahan pemuai beton dalam adukan beron dan
pada ujung balok ditahan sehingga tidak dapat memuai atau dengan cara-
cara lain. Cara ini jarang digunakan.
Balok Beton
Anker Sheath
Kabel
Baji
Anker
5 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
1.4 Sistem praktekan dalam
Gaya pratakan ditimbulkan dari dalam, cara inilah yang umum dipakai,
terbagi atas dua jenis, post-tension dan pretension.
1.5 Pratensioan
Kabel duregang (ditarik) didalam cetakan beton dan ditahan pada
kedua ujungnya. Sesudah beton dicor dan mengeras ujung-ujung kabel
dipotong. Akibatnya kabel berusaha memendek kembali, tetapi ditahan
oleh beton yang sudah membungkusnya sehingga beton menjadi
tertekan.
a. Kabel dalam keadaan tertarik
b. Beton dicor dan dibiarkan mengeras
c. Ujung-ujung kabel diputus
1.6 Post tensioned
Balok beton docor, dengan kabel yang berada didalam sheatt (selubung
kabel) dalam keadaan belum diregang berjalan sepanjang balok beton.
Sudah beton mengeras ujung kabel ditarik kemudian kedua ujung kabel
diangker pada ujung balok. (Lihat gambar 1.3)
1.7 Bonded
Kabel berikatan langsung dengan beton dalam keadaan terjepit / tidak
bebas
6 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
1.8 Unbonded
Kabel tidak melekat pada beton, umunya pada sistem post tension
dimana kabel berada dalam sheath dan bebas bergerak didalamnya
1.9 Angker
Untuk menahan ujung-ujung kabel apada ujung-ujung balok,. Dikenal
dengan merek-merek paten seperti Freyssinet, Roebling, BBRV dll.
1.10 Sheath
Pelubang kabel-kabel duvt pada sistem Post tension untuk mendapat
lubang tempat berjalannya kebel didalam beton . Secara kesatuan
sheath dengan kabel disebut tendon
1.11 Coupler (Alat penyambung)
Panjang baja pratekan yang berbentuk batangan terbats, untuk
mendapatkan panjang yang melebihi panjang normalisasinya harus
disambung dengan coupler, juga didapat pada merk-merk paten
1.12 GROUT
Bahan injeksi (martel) yangh diinjeksikan kedalam sheath sesudah
kebel ditarik untuk mendapatkan bount yang baik.
2. Bahan-bahan
2.1. Baja Pra-tekan
Baja yang dipakai adalah baja keras (high tensile) berbentuk kawat
(wires), kabel dan batangan (bars). Diolah dengan kandungan karbon
yang tinggi dengan proses dapur terbukti atau dapur listrik yang dibentuk
penarikan dingin. Dipanaskan 900-1000ºc dan didinginkan dalam cairan
timah hitam atau garam pada tempratur 550ºc. Setelah dikeluarkan,
didinginkan dan ditarikan sampai mencapai diameter yang diinginkan,
dengan penarikkan ini kekuatan tariknya makin tinggi.
1). Kawat ¯ 2 sampai 10 mm kekuatan putus sampai 175 kg/mm2
7 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
Didapat dalam bentuk gulungan berat antara 60-100 kg dengan
diameter gulungan 60-200 cm, kawat tunggal ¯ 2 dan 3 mm jarang
dipakai
2). Kabel
Beberapa kawat dipilin menjadi satu, umunya terdiri dari 3, 7, 19
dan 37 batang batang kawat. Untuk kabel 7 kawat terdiri dari 1
kawat inti dikelilingi oleh kawat lain, untuk 19 kawat kabel 7 kawat
dikelilingi 12 kawat lainnya, begitu juga untuk mendapat kabel 37
kawat untuk tension
Penampang kawat mungkin bulat, oval atau persegi yang dipuntir
untuk mendapat perlekatan yang baik.
3). Batang (bar)
¯ 10-32mm, biasanya baja alloy tarik dingin tegangan tinggi diolah
dengan penggilingan dingin atau panas, ditarik dingin sampai 90%
batas spesifik. Kekuatan patah 100 kg/mm2. Panjang normal max 25
meter. Penyimpangan dari diameter pengenal antara 2% s/d lebih
10%, tampang bulat, persegi, oval atau dipropilkan
4). Diagram regangan tegangan dan idealisasi untuk pemakaian
Penyelidikan + 3%
pτ
yε pε yε pε
yτ
Idialisasi + 3%
8 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
Tegangan :Notasi
Kg/mm2 : : Kawat : Kabel : Batang
¯ 5 : ¯ 7 :Umum Umum
1. Teg. Putus
2. Teg Leleh
3. Teg. Initial
4. Teg. akhir
kreep
:
:
:
:
;175
:0,8
:1,7
:0,55
: 160
: 0,8
: 1,7
: 0,55
: 175
: 0,85
: 0,70
: 0,55
: 100
: 0,90
: 0,70
; 0,55
: εp=3,5%:
: + 5% :
.1 Kelemahan
Baja pratekan lebih terpengaruh oleh koorosi dibanding tulangan biasa,
disebabkan juga kandungan kimianya juga dipengaruhi oleh koorosi
tegangan yang berbentuk serpih.
3. Beton
Beton bermutu tinggi, nilai krep dan susut kecil, supaya sampai pada
batas tegangan tertentu sifat beton masih dapat dianggap leastis linier,
yang perlu diperhatikan dalam pengolahannya ialah grasi bahan pengisi,
water cement factor, sifat kedap air dan jumalh semen untuk adukan.
Mutu beton diatas K 275
W.C.F MAX 0,45 (Perbandingan berat)
Slump 5-10 cm
Pemakaian semen yang berlebihan memberikan pengaruh buruk pada
kreep dan susut.
Penyimpangan (deviasi) dari mutu beton harus sekecil mungkin untuk
mendapatkan beton yang homogen
3.7.1 Modulus elastisitas beton
Sampai kini belum ada keseragaman dan kesesuaian pendapat tentang
modulus elastisitas beton, karena sifatnya yang elasto plastis
9 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
Tetapi ada kesamaan pendapat bahwa apabila tegangan yang dikerjakan
pada beton yang bermutu tinggi hanya sampai 50% tegangan hanculnya
beton masih dapat dianggap elastis linier, pengaruh creen belum begitu
besar.
Harga modulus elastis beton masih merupakan rumus-rumus empiris
yang didapat dari hasil-hasil percobaan ahli-ahli.
Disini diberikan beberapa rumus empiris yang sudah disesuaikan
dengan kondisi mutu beton yang berlaku di Indonesia menurut P.B.I
1971, yaitu dengan kubus percobaan 15 x 15 x 15
CEB (Comite European du Beton)
21 /200.19 cmkgbkE τ= RBV 1967 - Belanda
231 /10)275,0200( cmkgbkEb τ+= A.C.I 1963 (American Concrete Intitute - USA).
BKEb114500 τ=
Hognestad
bkEb1382126600 τ+=
Jensen
17010.2,4 1
15
+=
bkbkEb τ
τ
Graph
3807,11000000
1
1
+=
bkbkEb τ
τ
Roche
1975500000
1
1
+=
bkbkEb τ
τ
Walker
bkEb119500 τ=
10 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
25 /10 cmkgxEb
K275 K325 K375 K425 K475
RBV 1967
ACI 1963
Hognestad
Jansen
Craph
Ronche
Walker
CEB
2,76
2,41
2,32
2,60
3,25
3,21
3,23
3,19
2,89
2,61
2,51
3,70
3,48
3,42
3,52
3,46
3.03
2.81
2.69
2.89
3.69
3.60
3.27
3.72
3,17
3,00
2,89
3,00
3,85
3,75
4,03
3,69
3,30
3,16
3,08
3,09
4,00
3,89
4,25
4,18
Diagram regangan beton
1. Sifat Beron Pratekan Dibawah Lentur Murni
.1 Hubungan Regangan Tegangan
Untuk pemudahan dalam perhitungan dan perencanaan, diadakan
penyederhanaan dalam hubungan tegangan-tegangan untuk beton dan
baja.
0,00015
τ
85,01 =yτ kbs 171,01 ττ −
εε →y Idilisasi 3‰ Penyelidikan 3‰
kbs 183,01 ττ =
τ
ε
11 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
Beton
Regangan putus tarik 00015,0=tε
Regangan hancur tekan 003,01 =pε
Modulus elastisitas bkbE 101500 τ= Batas tegangan elastis = 0,71 bk
1τ Baja
Regangan putus tarik/tekan 03,0=pε
Modulus Elastisitas 26 /10.1,2 cmkgEa =
Tegangan lelah py ττ 85,0=
Keterangan gambar 1:
Gambar a diagram regangan-tegangan ideal untuk baja
Gambar b diagram tegangan idial untuk beton
171,0 bkτ
τ
ε bp1ε
by1ε
pτ85,0
τ
ε apε
ayε tε
a. b
12 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
.2 Kelengkungan (Kurvatur)
Yang dimaksud dengan kelengkungan adalah sudut lenturan
sesaat/setempat dari penampang pada saat/pembebanan tertentu.
Gambar 2. Hubungan garis netral-regangan dan kurvatur panampang
kurvatur (kelengkungan)
y2εβ =
y = Jarak garis netral dari tepi atas penampang
2ε = Regangan pada tepi atas penampang
Satuan kelengkungan cm-1
.3 Stadium-Stadium pembebanan, dibawah lentur murni
1. Hanya gaya pratekan yang bekerja
2. Lentur sedemikian sehingga regangan penampang pada level
pratekan = 0
3. Tegangan tarik beton berada pada batas tegangan tarik utuh, akhir
stadium utuh
4. Permulaan stadium retak
5. Tegangan tekan beton mencapai batas leleh (yield), permulaan
stadium plastis
6. Baja mulai meleleh (yielding)
7. Sesaat sebelum runtuh (ultimate)
As
M P
y
2ε
13 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
.1 Regangan-regangan Baja Pratekan
Tiap perobahan yang dialami penampang akibat berubahnya gaya
lentur diikuti olehperubahan regangan-regangan dalam penampang,
dengan demikian kurvatur juga berubah.
Perubahan regangan-regangan ini juga dialami oleh baja pratekan
pada penampang yang sekaligus merubah besarnya gaya pratekan yang
bekerja.
Tergantung hubungan lekat antara beton dan baja pratekan (bonded
atau unbonded), perubahan regangan pada baja pratekan adalah
sebanding dengan perobahan regangan yang dialami beton pada level
yang sama didalam penampang. Koefisien pembanding ini disebut
koefisien kompability, yang harganya tergantung pada derajat
perlekatan (bong) antara beton dengan baja pratekan.
Untuk sistem bonded yang sempurna harga koefisein kompability
(F) =1, untuk sistem unbonded harga F ? 1. Pada sistem bonded
sempurna sehingga regangan yang dialami baja pratekan adalah
sempurna, sehingga regangan yang dialami baja pratekan adalah sama
dengan regangan beton pada level pada baja pratekan, untuk
tempat/tampang yang ditinjau. Tetapi pada sistem unbonded perubahan
regangan yang dialami beton diikuti oleh perubahan panjang pada
keseluruhan panjang baja (redistribusi regangan). Hal ini terjadi karena
baja pratekan tidak melekat pada beton, sehingga perubahan setempat
dari penampang yang mengakibatkan berubahan dalam baja akan
diderita oleh seluruh panjang baja.
Gambar 3. Perubahan-perubahan regangan dalam penampang
M
M +
2ε
M2
14 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
asasas
abas
asas
FEA
P
εεε
εε
ε
∆+=
=∆
=
0
00
..
0asε = Regangan baja pratekan pada saat regangan beton pada level
pratekan = 0
0P = gaya pratekan pada saat regangan beton pada level pratekan = 0
sA = Luas penampang baja pratekan
asε∆ = Pertambahan/perubahan panjang baja pratekan
abε = Regangan akhir beton pada level baja pratekan
asε = Regangan akhir baja pratekan
Misalkan pada sebuah balok beton pratekan, unbonded, terletak atas
dua perletakan statis tertentu, dibebani muatan, kelengkungan ditengah
bentang jauh lebih besar dari pada kelengkungan pinggir bentang,
regangan beton ditengah batang besar dibanding regangan ditepi
bentang, tetapi karena kebebasan gerak baja pratekan maka perubahan
panjang yang dialami baja akan sama untuk seluruh panjangnya. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa untuk tengah batang harga F<1 (regangan
yang dialami baja lebih kecil dari pada regangan yang dialami beton),
tetapi dipinggir batang F >1 F<1 (regangan yang dialami baja lebih
besar dari pada regangan yang dialami beton). Untuk sistem bonded
sempurna regangan yang dialami beton dan baja pratekan ditempat yang
sama adalah sama karena baja melekat dengan beton, sehingga
pergerakannya harus mengikuti pergerakan beton.
15 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
Gambar. 4 Kurvatur dan regangan baja pratekan a = bonded b = unbonded
Keterangan a; Keterangan b;
3 segment dari balok beton
pratekan bonded, panjang maisng-
masing sama sebelum dilentur,
sesudah dilentur panjang masing-
masing pada level pratekan
adalah I1, I2, I3, baik untuk beton
maupaun untuk baja pratekan .
3 segment dari balok beton
pratekan unbonded, setelah
dilentur panjang beton pada level
pratekan adalah I1, I2, I3, panjang
baja pada masing segmen
menjadi I’
.1 Contoh Pentuan regangan-regangan kelengkungan
Balok beton pratekan sistem bonded, tampang 20 x 40, luas baja
pratekan 2,5 cm2 diregang dengan gaya pratekan awal 20 ton, baja QP
170, beton K325.
Pa = 20000 kg
Eb = 2,66. 105
2
2
3
14500
229
10.81,3
cmkgcm
kg
ay
by
aas
=
=
= −
τ
τ
ε
I1 I2 I3 I1 I2 I3
L’ L’ L’ a. b.
16 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
i. Pada saat momen = 0
16
4
42
51
1
22
21
2
10.06,7
10.645,1
10.35,2
10.4,433,33
5,62
5,12
5,3725.
.6
−−
−
−
−
−=
−==
−=
+=
=
−=
+=
+−=
+−=
cm
cmycm
kgcm
kg
dbeP
AP
bsas
a
b
a
β
εε
ε
ε
τ
τ
τ
τ
As= 2,5 cm2
30
10
20
Pa
1ε
ε ba
y
1τ T Pa
17 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
ii. Regangan pada level pratekan = 0
cm
kgcmMMM
cmy
M
MM
M
kgPo
as
bs
/10.8
10.8
10.4,2
40800010.875,11,1310.875,1.625,55,166
3
30
10.875,15,55
10.875,11,1310.875,13,392,26
32000.6
3200010.620900
80020900
2090010.745.39
0
6
52
41
442
1
2
1
42
41
4
40
0
−
−
−
−−
−
−
−
−
+=
+=
−=
=−=−
==
−
+−=
−+=
++−=
++−=
==
=
β
ε
ε
ττ
εε
τ
τ
τ
τ
ε
ε
1ε
2ε
D
Y
T
M P0
1τ
18 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
iii. Akhir stadium utuh
cm
kgcmMcmy
yyy
yy
yTy
yD
yyP
/10.4,12
10.46,3564000
9,2740
399)40(4030.5,78720900
)40(39940
399
4030.5,78720900
4
41
2
2
−
−
+=
−=
=−
−=−+
−−
+
−=−
=
−−
+=
β
ε
iv. Stadium retak
41 10
405,1 −
−=
yyε
42 10.5,1 −=ε
25870
Y
T 4835
M 21036
9,39
92
410.5,14030 −
−−
=yy
aε
1,5.10-4
2εε ba
1ε
Y Y1
D T
1τ
M
39,9
19 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
P = 20900 +5,25.106 24030 ε
yy
−−
2
2
26
40410.5,598
4010.66,2
ε
ε
yT
yyD
−−=
−=
Persamaan umum : P+T-D=0
Setelah diselesaikan didapat :
4210 −ε
P 4110 −ε
y
τ M y1 β
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
21184
21548
21894
22242
22592
22950
23300
23660
24020
24375
24735
25100
25455
3,48
4,06
4,42
4,76
5,11
5,39
5,70
5,98
6,23
6,48
6,75
7,00
7,31
263
23,0
21,0
19,5
18,4
17,4
16,65
15,95
15,35
14,48
14,40
14,00
13,70
102
108
117,5
126,5
136
143,5
151,5
159
165,5
172,5
179,5
186
194,5
549330
551560
554250
564700
574700
585200
594250
605400
617350
627700
638550
649950
660900
10,3
8,5
7,13
6,17
5,44,
85
4,38
4,02
3,70
3,43
3,20
3,00
2,82
1,46.10-5
1,76.10-5
2,1.10-5
2,46.10-
52,77.10-5
3,1.10-5
3,42.10-5
3,75.10-5
4,06.10-5
4,37.10-5
4,69.10-5
4,99.10-5
5,25.10-5
20 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
i. Beton atau baja mencapai batas elastis, kemungkinan baja
terlegih dahulu yield dan mungkin pula beton
a. v.a Beton terlebih dahulu memasuki stadium plastis
b. Catatan kalau ternyata baja terlebih dahulu yield, prosedur
harus dibalikkan.
c.
d.
v.b Baja mulai meleleh
P = 36200 kg
D1 = 4580 y1
D2 = 2290 y2
T = 399y1
1,5.10-4
2ε
1ε 8,6.10-4
y1
y2
y3
D1
y D2
T
229 39,9
P
y 0,174y
2290y 69,5y
399
20900 + 4530 yy−30
299
1,5.10-4
2εε ba
8,6.10-4
21 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
cmkgcmM
cmycmycmycmy
yyyyy
yyyyy
yY
yy
yyy
/10.53,1934880
10.66,183,1098,066,517,5
521156004580)227,0185,1(39936200227,083,60395,0185,1
6,85,14535,39
75,55,16,8
35,295,1
30
4
31
1
2
1
11
12
11
111
12
12
21
1
−
−
=
==
====
−+=−+−=−=
−−=
=
=
=−−
β
ε
i. Sesaat seblum runtuh (ultimate)
P = 36200 kg
36200+195y = 3280=683y
y = 9,2 cm
Mu = 937000 kgcm
8,6.10-4
1,5.10-4
2
%3εε ⟨ba
310.3 − Y
0,5y
3280y
683y
19,9y 39,9
229 36200
22 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
cmu /10.26,3 4−=β
Menghubungkan M-β
No Keadaan 1ε 2ε y β
M
1
2
3
4
5
5.a
5.b
6
Pratekan
baε =0
Batas utuh
Retak
Beton yield
Baja yield
Ultimate
+ 4,8.10-5
- 2,4.10-4
- 3,46.10-4
- 3,84.10-4
- 4,06.10-4
- 4,42.10-4
- 4,76.10-4
- 6,23.10-4
- 7,31.10-4
- 8,6.10-4
- 16,6.10-4
- 30,0.10-4
-2,35.10-4
+8.10-5
+1,5.10-4
+2.10-4
+3.10-4
+4.10-4
+5.10-4
+10.10-4
+14.10-4
+19,1.10-4
+44,7.10-4
+100.10-4
(33,33)
30
27,9
26,3
23,0
21,0
19,5
15,35
13,7
12,35
10,83
9,2
-7,06.10-6
+8,0.10-6
+1,24.10-5
+4,6.10-6
+1,76.10-6
+2,1.10-6
+2,46.10-6
+4,37.10-6
+5,25.10-6
+7,0.10-6
+15,3.10-6
+32,6.10-6
000
408000
564000
549300
551600
554200
564700
617300
660900
695800
934900
937000
Dari diagram diatas terlihat bahwa stadium pembebanan dapat dibagi
atas 3 stadium utama;
1. Stadium utuh
2. Stadium retak
3. Stadium plastis
u
u
M
M
M Utuh Retak Plastis krβ rβ pβ uβ
23 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
Peninjauan diatas dilakukan pada balok beton pratekan dengan sistem
bonded. Untuk sistem unbonded. Perhitungan tidak begitu sederhan.
Misalkan momen penampang titik tertentu akibat gaya pratekan dan
momen luar =M
IEyhM
ba .)( −
=ε
Pertumbuhan panjang balok pada level pratekan :
∫ ∫−
==∆ dxIE
yhMdxbaba .)(ε
h = Jarak titik tekan gaya pratekan dari tepi atas penampang
I = Momen inertia idial/effektif dari penampang
Pertambahan panjang baja pratekan untuk sepanjang balok adalah
sama dengan pertambahan panjang beton pada level pratekan, dimana
pertambahan itu terbagi rata-rata pada seluruh panjang baja pratekan.
Selama penampang berada pada stadium utuh. Harga I adalah
konstant, tetapi y tergantung pada M dan ada hubungan dengan gaya
pratekan yang bekerja, sehingga penyelesaian persamaan ini tidak lagi
mudah/sederhana. Apalagi aklau sudah memasuki stadium retak atau
plastis, sehingga persamaan diatas tidak dapat lagi diselesaikan. Namun
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam sistem unbonded gaya pratekan
yang terjadi (pertambahan akibat lentur) adalah lebih kecil dari pada
dalam sistem bonded, juga beban bats ( beban ultimate) dalam sistem
bonded lebih besar dari pada sistem unbonded. Pada stadium retak
kenaikan tegangan dalam baja pratekan adalah secara umum lebih
cepat pada sistem unbended tetapi pada tempat tempat momen
maximum kejadian ini terjadi sebaliknya.
Umumnya untuk mengtasi kelemahan sistem unbonded ini
dilakukan dengan mmberikan penulangan biasa padabagian tarik
dari penampang beton pratekan.
24 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
.1 Lentur Dalam Balok Pratekan Pratekan
Sudut lentur ∫= dxQ xx β ……………………………………. 3.6.1
Lenturan ∫∫= 2dxW xx β ……………………………………. 3.6.2
Dari persamaan diatas terlihat bahwa sudut lentur danlenturan
adalah fungsi dari kelengkungan.
Dari digram M- β hubungan M dan β merupakan garis lurus
selama masih berada dalam stadium utuh, begitu memasuki stadium retak
daya pikul lentur akibat redistribusi gaya-gaya dalam, kelengkungan naik
dengan cepat. Pada kejadian sebenarnya, beban tidak mungkin diturunkan
pada saat memasuki stadium retak. Pada penambahan beban selanjutnya
hubungan M- β akan membentuk garis lengkung dengan titik-titik
diskontinue pada saat beton dan baja mulai memasuki stadium plastis.
Akhir hubungan M- β adalah keadaan runtuh (collaps-ultimate).
Dari persamaan 3.6.1 dan 3.6.2 jelas terlihat bahwa apabila
kelengkungan balok dianggap sebagai muatan balok, maka gaya lintang
dan momen yang dibuat oleh kelengkungan sebagai muatan pada tiap
tampang adalah merupakan sudut lentur adan lenturan yang dialami
balom pada tampang itu.
Untuk memudahkan penentuan sudut lentur dan besarnya
lenturan balok dalam stadium dan plastitis diagram M- β
disederhanakan lagi :
I. Pada saat pembebanan lentur kritis (Mkr) diagram mengikuti garis
lurus sampai dicapai daya pikul lentur yang sama dengan (Mkr),
kelengkungan ini adalah β R
II. Mulai β R sampai dicapai β y diagram mengikuti garis harus
dengan momen sebesar Mkr dan Mu.
III. Antara β y sampai β u diagram kembali membentuk garis lurus
baru dengan momen sebesar My dan Mu.
25 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
Diagram M- β yang disederhanakan
Dari diagram yang baru ini pembebanan dapat dibagi atas 4 fase:
Fase 1: Fase utuh
Fase 2: Sesaat mulai retak sampai tercapai keseimbangan kembali
gaya-gaya dalam
Fase 3: Fase selanjutnya dari fase retak sampai tercapai permukaan
plastis
Fase 4: Fase plaastis sampai ultimate
3.7.1 Persamaan 3.6.1 dengan 3.6.2 merupakan persamaan integral, untuk
kejadian pembebanan sederhana tidak merupakan persoalan, tetapi
pada umumnya penyelesaian cara integral tidak dapat dipakai. Cara
yang sederhana dengan methode Newmark
Kelengkungan yang dijadikan beban biasanya berbentuk beban terbagi,
trapesium, terbagi rata, segi tiga ataupun para bola. Beban ini direbahkan
menjadi beban-beban terpusat yang dikerjakan pada titik tertentu pada
balok. Selanjutnya yang dihadapi/diselesaikan ada beban-beban terpusat
ini.
Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4
β β o β kr β R β p
kr
p
u
M
MM
26 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
3.7.1.1 Beban trapesium/segi tiga
Segment 1-2
)2(612 badP ==
Segmen 1-2-3
)4(621 cbadP ++=
3.7.1.2 Parabala
a b c d e
1 2 3 4 5
d d d d d d
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
a b c
d d
1 2 3
P12 P21 P23 P32
27 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
)10(12
)103(24
)67(24
2
21
12
cbadP
cbadP
cbadP
++=
−+=
−+=
3.7.2 Contoh
Sebagai contoh diambil penampang yang lalu, bentang 8 meter, beban
terbgi rata tetap 0,1t/m1, beban terpusat ditengah atas 2 perletakan.
Tinjau lenturan ditengah balok. Kabel lurus.
Diagram M- β
6
6
6
6
60
10.0,326
10.0,70
10.0,24
10.4,12
10.06,7
−
−
−
−
−
+=
+=
+=
+=
−=
u
p
R
kr
β
β
β
β
β
Mu = 9,37 tm Mp = 6,958 tm Mkr
M
0β krβ Rβ Pβ β
28 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
1. Beban P = 0
Mmax = 8000 kgcm
Dalam stadium utuh
162
16
10).06,71725,038,1(
10).06,745,3(−−
−−
−−=
−=
cmx
cmM
xx
xx
β
β
Mx = Dalam tan meter
Persamaan masih sederhana, dengan integrasi didapt lenturan
W = -0,376 cm (naik)
2. 0⟩P
162
2
max
10).06,7725,11725,038,1(2
105,04,0
042,2
−−−+−=
+−=
⟩⟩⟨
cmPxx
PxxxM
tonPtMM
xx
x
kr
β
M
β
x Mx
M
0β _ xβ
29 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
Sesaat sebelum retak P = 2,42 ton
Dapat dianggap =
β x β t
P
Mx Mt
0β
0β xβ tβ
krβ
Mkr Mt
krP
0β
-6
0 10.06,7 −−=β
+ 610.06,7 −−=qβ
+ 610.7,16 −+=Pβ
30 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
cmy
cmy
y
cmy
pp
514,0
89,0800121
0184,0800.485
56,0800.81
2
2
200
+=
+==
+==
−==
β
β
β
3. Pada saat ini ditempat momen maksimum β melonjak dengan
tiba-tiba, untuk bagian yang mulai retak itu kelengkungan adalah
sebesar Rβ , tetapi pad bagian yang masih utuh kelengkungan
masih sebesar .krβ Misalkan lebar retak yang terjadi adalah sebesar
1 cm.
Kurvatur sepanjang balok
Dapat dianggap sama dengan
sesaat sebelum retak ditambah
beban terpusat sebesar
krR ββ − Pada saat sebelum retak
y1 = +0,514 cm
akibat kelengkungan terpusat:
cmy
cmy
516,0
002,0800.610.6,11.41
2
+=
=−=
Mkr
Mkr
krβ Rβ
Rβ krβ
krR ββ −
krβ
= +
31 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
1. Dalam stadium retak
ton42,2 ton 3,079 ⟩⟩P
Kelengkungan sebagai beban sudah tidak sederhana lagi,
selanjutnya diselesaikan dengan metode Newmark. Perlu diingat
bahwa segment-segment pemotongan beban untuk menjadikan
beban-beban terpusat tidak mesti sama panjangnya, tetapi khusus
untuk beban parabolis perlu diambil ordinat beban ditengah segment.
Sesaat sebelum elastis
P = 3,079 ton
Mx = 1,*9395x – 0,05x2
mxtmMM krX
2,364,5
===
Balok ini dibagi atas 10 segment
Mt Mkr
BR Bkr
Bt
Mt
Mkr
Bkr Br Bt
1 2 9 10
P0 P1 P2 P3 P4 P5
32 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
x M β 0,8 m
1,6 m
2,4 m
3,2 m
3,6 m
4,0 m
1,52 tm
2,98 tm
4,37 tm
6,44 tm
6,33 tm
6,96 tm
-1,83.10-6/cm
+3,24.10-6/cm
+8,02.10-6/cm
+12,4.10-6/cm
+24,0.10-6/cm
+48,2.10-6/cm
+70,0.10-6/cm
55
54
53
52
51
50
10.73,251
10.42,108
10.9,63
10.75,25
10.68,14
10.08,19
−
−
−
−
−
−
+=
+=
+=
+=
−=
−=
P
P
P
P
P
P
5
543210
10.18,2902
1
−=
+++++=
R
PPPPPPR
cmYPPPPPRY
035,180160240320)(400 43210
+=++++−=
1. Fase plastise
4,285 t P 3,079t
33 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
Dalam keadaan Ultimase sesaat sebelum runtuh
Pu = 4,285 ton
Mx = 2,5415x – 0,05x2
mxmx
tmMtmM
kr
p
kr
925,2325,2
958,664,5
==
==
x M β 1,1625m
2,325m
2,625m
2,925m
3,4625m
4,00m
2,8925tm
5,64 tm
6,3325
6,958
8,581
9,37
2,94.10-6
12,4.10-6
24,0.10-6
48,1.10-6
70.10-6
242.10-6
326.10-6
34 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
53
52
51
50
10.3655
10.912
10.203
10.45
−
−
−
−
+=
+=
+=
−=
P
P
P
P
cmyR
454,1010.2899 5
== −
Keruntuhan terjadi pada saat lenturan =10,454 cm
3.7 Penampang pratekan dengan kombinasi tulangan biasa
1. Akibat gaya pratekan saja
P0 P1 P2 P3 0β
Rβ
krβ
pβ uβ
R
A1
As
b
a1 as a
d
y Pa
1ε
1ε
baε
1aε
Ta
Tb
Db Da
Pa
35 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
aab
ba
aaa
EAD
EbyD
EAT
ε
ε
ε
..
...21
..
2
11
=
=
=
Stadium utuh
1..).(21 εbbu EbydT −=
Stadium retak
2
2
2
11
21
2
00015,0..)..(00015,0.2
1
εε
εε
εε
εε
ε
yayyasyy
aydy
yd
EbydT
a
ba
a
bbr
−=
−=
−−=
−=
−=
Keseimbangan gaya :
Pa = da+db-Ta-Tb
Keseimbangan momen :
Stadium utuh :
)(32.)(.
32)()( 1 ydTaydTDyayDayP babas
a −+−−++−=−
Stadium retak :
1
1 00015,0)(32.)(.
32)()(
εydTaydTyDayDayP babas
a −+−−++−=−
Kelengkungan :
)(1
yd −=
εβ
36 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
2. Pada saat peubahan sedemikian sehingga regangan pada
level pratekan = 0
sady −=+= baAs.Ea. Pa P0 ε
1
1
11
12
εε
εε
εε
yaa
yay
ya
aa
a
s
−=
−=
=
Stadium utuh :
11
1
..
....21
aaa
bb
EAD
EbyD
ε
ε
=
=
2
2
..
....21
ε
ε
aa
bsbu
EAT
EbaT
=
=
Keseimbangan :
P0 = Db+Da1-Ta-Tb
sbsaba aTaaTyDayDM32.)(
32.)( 1 +−++−=
2
1
ε
ε
y
2
1
ε
ε a
Da
Db Tb Ta
M P0
37 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
Stadium retak
sbsaba
bsbr
aTaaTyDayDM
EbaT
2
1
2
00015,032.)(
32.)(
00015.0...00015,02
1
ε
ε
+−++−=
=
3. Pembebanan lebih lanjut dalam stadium retak
.1 Sesaat sebelum retak, beton pada level pratekan dalam keadaan
tertekan.
00015,02 =−⟩
εsady
y
y1
Da
Db Tb Ta
M
P baε
ε1
2ε
P
0,00015
aε
1aε
y
Da
Db Tb Ta
M
P
1ε
baε
aε
1aε
0,00015
38 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
)()(32.)().(
32.
..
00015,0
00015,0
00015,0
1
0
1
11
1
dyaPydTaydTayDyDM
EAPPy
adydaYy
ydayyd
y
sbaab
baas
as
ba
a
a
++−−+−−+−+=
−=
−=
−−−
=
−−
=
−=
ε
εε
ε
ε
ε
.2 Sesaat sebelum retak, beton pada level pratekan dalam keadaan
tertarik.
00015,02 =−⟩
εsady
)()(32)(
32.).( 1
sbaba aydPydTaydTyDayDM −−−−+−−++−=
1. Stadium retak, belum ada bahan yang memasuki stadium plastis
00015,02 ⟩ε
y
Da
Db Tb Ta
M
P
1ε
baε
0,00015
1aε
aε
y
Da
Db Tb Ta
M
P
1ε
baε
aε
1aε
0,00015
2ε
39 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
baas
sba
EAPPy
aydyy
ε
ε
ε
..
00015,0
00015,0
0
1
1
1
+=
−−=
=
)(32.)(
32.)( 11
sbaba aydPyTaydTyDayDM −−−+−−++−=
2. Stadium plastis
Untuk stadium ini tyidak dibuat penjabarannya berhubung banyaknya
kemungkinan-kemungkinan yang harus ditinjau :
a. Beton tekan mulai plastis
511 10.9,4 −⟩ bkτε
b. Tulangan biasa belum yield, baik tulangan tekan baik tulangan
tarik
Ua .10.05,1 5−⟩ε
U nomor pengenal keteguhan baja tulangan
U22 tegangan leleh 2200 kg/cm2
U24 tegangan leleh 2400 kg/cm2
Disamping itu juga baan mana yang terlebih dahulu plastis tidak
dapat ditentukan tanpa mencoba-coba.
1. Ultimate
0,00015
baε
ε 1a
0,003
y y1
Da Db1 Db2 Tb
M P
40 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
003,01 =ε
Anggap tulang biasa sudah meleleh, kabel pratekan mungkin sudah
meleleh dan mungkin masih elastis.
111
122
22
12
1
1
71,0
305,0
633,1
71,0..025,0
..
05,01
bkb
bkb
bk
bkb
aua
aua
byD
yD
yyyyy
byT
ATAD
yy
τ
τ
τ
τ
ττ
=
=
−=
=
=
==
=
Tulang pratekan masih elastis
baas EAPP ε..0 += Tulang pratekan sudah meleleh
PQPAPu s == 100.85,0 QP nomor pengenal baja pratekan
QP175 tegangan putus 175 kg/cm2
Keseimbangan :
)(307)(
32)2
1()( 22111
1
s
babbau
baba
aydP
yTaydTyDyyDayDM
TTDDP
−−−
+−−++−+−=
−−+=
3.8 Dari hasil penyelidikan teoritis terlihat bahwa hampir tidak ada
pengaruh pemberian tulangan biasa dalam penampang beton pratekan
dalam status utuh, tetapi dalam stadium retak sampai runtuh garis
41 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
lengkung yang dibuat diagram M- β lebih nyata pada tampang dengan
kombinasi tulangan biasa dari pada tampang tulangan biasa.
3.9 Tampang-Tampang Istimewa ;I, T,
Pada umumnya tampang-tampang istimewa lebih banyak dipakai dalam
konstruksi beton pratekan dari pada penampang persegi, karena lebih
efesien.
Prinsip penyelesaian adalah sama dengan penyelesaian tampang persegi,
hanya lebih rumit dengan adanya bagian sayap (flens) dari penampang,
tetapi dapat diatasi dengan adanya tabel dan grafiknya untuk sifat-sifat
khusus dari tampang-tampang normal dari penampang istimewa itu.
Selama berada dalam stadium utuh kesulitan biasa dikatakan tidak ada,
tetapi dalam stadium retak terjadi perubahan sifat penampang karena
tidak efektifnya bagian yang sudah retak dapat menimbulkan kesulitan-
kesulitan yang baru.
3.9.1 Stadium utuh
e
as
Garis berat
b1
b2
t1 ya
b d As yb t2
M P
(b1-b)t1
b.d
42 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
2211 )()(. tbbtbbdbAb −−−+=
INy
IPey
AP
INy
IPey
AP
bb
b
aa
b
−+=
−+=
2
1
τ
τ
e
y2
yb
I
=
=
=
=
Eksentrisitas gaya pratekan terhadap garis berat berat
penampang
Jarak garis berat ketepi atas penampang
Jarak garis berat ketepi bawah penampang
Momen anaritis penampang
Gaya pratekan
)(. baaba
aasas EAP εεε +−=
aasε = Regangan awal baja pratekan akibatagaya pratekan saja abaε =Regangan beton pada level pratekan akibat gaya pratekan saja
baε = Regangan beton pada level pratekan disat pembebanan yang
sedang ditinjau
1ε
2εβba
y
2τ
1τ D T
1
1
1
τ
τ
2
21
ττ
D1 t1 M t2 P T1
+ +
Badan Sayap gaya luar
43 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
y
dy
E
E
b
b
1
21
1
22
11
εβ
εεε
τε
τε
=
−=
=
=
Syarat keseimbangan :
∑∑ =− PTD Keseimbangan Momen:
MM d =∑
∑D = Jumlah gaya tekan dalam pada penampang
∑T = Jumlah gaya tarik dalam pada penampang
∑ dM = Jumlah momen dalam pada penampang
3.7.1 Stadium Retak
Dalam stadium retak dijumpai kesulitan akibat menurunnya tinggi
efektifitas penampang yang menyebabkan sifat penampang menjadi
berubah, tetapi masih dapat dimudahkan dengan menganggap bagian
tarik penampang seluruhnya tidak efektif; hala mana dapat diterima
mengingat gaya tarik dalam beton sudah mengecil pada bagian badan
penampang dan abaikan sesaat mulai retak sampai tercapai
keseimbangan baru yaitu pada saat momen lentur yang dapat dipikul
sama dengan momen pada sat sebelum retak.(Mkr)
44 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
BACAAN/ DAFTAR ACUAN :
1. Badan Standarisasi Nasional, (2002), SNI 03-2847-2002: Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Badan Standardisasi Nasional.
2. Krishna Raju, N., (1986), Prestressed Concrete 2nd edition, Tata McGraw-Hill.
3. Lin, T.Y, and Burns, N.H., (1981), Design of Prestressed Concrete Structures, Wiley.
4. Nawy, E.G., (1996), Prestressed Concrete: A Fundamental Approach 2nd edition, Prentice Hall.
5. Arthur H.Nilson, “Design of Prestress Concrete”, 6. John Wiley and Sons, 1978
Ir. H. Armeyn Syam, MT Struktur Beton Pratekan
45 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
BIO DATA: Nama : Ir.H. Armeyn Syam, MT Tempat / tanggal lahir : Medan / 16 Agustus 1952 Pekerjaan : Dosen Kopertis Wil X dpk di Institut Teknologi Padang Pangkat / Golongan ruang : Penata / IIId Jabatan akademik : Lektor Kepala Alamat : Komplek Jondul IV Blok TT no 20 Parupuk Tabing Padang Keluarga : Nama Istri : Sri Indriati Nama Anak : Surya Ariansyah : Ayu Arnita Putri : Arief Cahyadi : Taufiq Ardhan Pengalaman kerja Akademik : Ketua Jurusan tahun : 1/3-1987 s/d 20/8-1991 : Juli 1992 s/d 1996 Kepala Labor Sipil : 1 Juli 200 s/d 1 Desember 2003 Dekan FTSP : 2 Desember 2003 s/d Desember 2007 Tingkat pendidikan SD : Taman Harapan Medan 1 Juli 1965 SMP : Yosua Medan 3 Desember 1968 SMA : Yosua Medan 24 Nopember 1971 Perguruan tinggi : USU Teknik Spil 30 Juli 1983 Pascasarjana jurusan : Struktur Bangunan USU 11 Pebruari 1912 Pengalaman kerja lain
1. Memonitor pekerjaan Rumah sakit Umum M.Jamil Padang PT. Grafos 2. Memonitor pekerjaan Pasar Raya Solok PT. Grafos 3. Melaksanakan pekerjaan land Skiping Unand Limau Manis Padang
Sumbar. 4. Melaksanakan pekerjaan Ring Road tahap III Unand Limau Manis Padang
Sumbar 5. Melaksanakan pekerjaan Gardu Induk Unand Limau Manis Padang
Sumbar 6. Pengawasan jalan arteri Kota Padang Dana Khusus PT.Deserco Consultan 7. Pengawasan jalan arteri Kota Padang paket I PT.Deserco Consultan 8. Perencanaan dan Pelaksanaan Gedung B di ITP Padang 9. Pelaksaaan Gedung Kantor Pusat PT Semen Padang Indarung 10. Perencanaan Padang Arean Flood Control Projec Nikken Consultan 11. Perencanaan Jalan dan Jembatan Paket I di P3T.NAS Sumbar Deserco
Consultan 12. Pengawasan Jalan dan Jembatan Paket I P3T.NAS Sumbar Deserco
Consultan
46 Struktur Beton Pratekan
Ir. H. Armeyn Syam, MT Institut Teknologi Padang
13. Pengawasan Jalan dan Jembatan Paket III P3T.NAS Sumbar Deserco Consultan
14. Pengawasan Jalan dan Jembatan Paket III P3T.NAS Sumbar PT.Tri Udaya Sena Sakti
15. Perencanaan Jembatan Kota Pariaman by PT.Kharisma Konsultan. 16. Perencanaan Jembatan Aek Nabirong di Pasaman Barat CV.Marras
Konsultan 17. Pengawasan Kantor Dinas Perternakan Sumbar CV. Arttistik Konsultan 18. Perencanaan Jembatan Banda Pandung Solok panjang 60 meter PT. Tano
Konsultan 19. Mengajar di UNES di Padang 20. Mengajar di Sekolah Tinggi Teknik Industri ( STIN ) di Padang 21. Mengajar di Universitas Muhammad Diyah Bukittinggi. 22. Staf Pengajar Kopertis Wil-X dpk Institut Teknologi Padang
Ir. H. Armeyn Syam, MT Struktur Beton Pratekan