+ All documents
Home > Documents > GADAR SMT 5

GADAR SMT 5

Date post: 15-Nov-2023
Category:
Upload: independent
View: 1 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
22
4.8. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN, PREEKLAMPSIA, DAN EKLAMPSIA Definisi Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi. Bila ditemukan tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis. Faktor predisposisi Kehamilan kembar Penyakit trofoblas Hidramnion Diabetes melitus Gangguan vaskuler plasenta Faktor herediter Riwayat preeklampsia sebelumnya Obesitas sebelum hamil 1. HIPERTENSI KRONIK Definisi Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan Diagnosis Tekanan darah ≥140/90 mmHg Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin) Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal Tatalaksana a. Tatalaksana Umum
Transcript

4.8. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN, PREEKLAMPSIA, DAN EKLAMPSIA

Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.

Bila ditemukan tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis.

Faktor predisposisi

Kehamilan kembar Penyakit trofoblas Hidramnion Diabetes melitus Gangguan vaskuler plasenta Faktor herediter Riwayat preeklampsia sebelumnya Obesitas sebelum hamil

1. HIPERTENSI KRONIK

Definisi

Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan

Diagnosis

Tekanan darah ≥140/90 mmHg Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya

hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin) Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal

Tatalaksana

a. Tatalaksana Umum

Anjurkan istirahat lebih banyak. Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan mengganggu

perfusi serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal akan memperbaiki keadaan janin dan ibu.

o Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi, dan terkontrol dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut

o Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik >160 mmHg, berikan antihipertensi

o Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain, pikirkan superimposedpreeklampsia dan tangani seperti preeklampsia

o Bila sebelumnya ibu sudah mengkonsumsi antihipertensi, berikan penjelasan bahwa antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), ARB (misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil. Untuk itu, ibu harus berdiskusi dengan dokternya mengenai jenis antihipertensi yang cocok selama kehamilan.

Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia kehamilan 20 minggu

Pantau pertumbuhan dan kondisi janin. Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm. Jika denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit,

tangani seperti gawat janin. Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan

terminasi kehamilan.

b.  Tatalaksana Khusus : -

2. HIPERTENSI GESTASIONAL

Definisi

Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah persalinan

Diagnosis

Tekanan darah ≥140/90 mmHg Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia

kehamilan <12 minggu Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin) Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati di

trombositopenia Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan

Tatalaksana

a. Tatalaksana Umum

Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.

Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin

terhambat, rawat untuk penilaian kesehatan janin. Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan

eklampsia. Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.

3. PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

Diagnosis

Preeklampsia Ringan Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein

kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam Preeklampsia Berat Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein

kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam Atau disertai keterlibatan organ lain:

o Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopatio Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan ataso Sakit kepala , skotoma penglihatano Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramniono Edema paru dan/atau gagal jantung kongestifo Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl

Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan

20 minggu) Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000

sel/uL pada usia kehamilan > 20 minggu Eklampsia Kejang umum dan/atau koma Ada tanda dan gejala preeklampsia Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan

subarakhnoid, dan meningitis)

Tatalaksana

a. Tatalaksana Umum

Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera dirujuk ke rumah sakit.

Pencegahan dan tatalaksana kejang Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan

sirkulasi (cairan intravena). MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia

(sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang).  Cara pemberian dapat dilihat di halaman berikut.

Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.

Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.

Antihipertensi Ibu dengan hipertensi beratselama kehamilan perlu mendapat terapi

antihipertensi.

Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman dokter dan ketersediaan obat. Beberapa jenis antihipertensi yang dapat digunakan misalnya:

Antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), ARB (misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil.

Ibu yang mendapat terapi antihipertensi di masa antenatal dianjurkan untuk melanjutkan terapi antihipertensi hingga persalinan

Terapi antihipertensi dianjurkan untuk hipertensi pascasalin berat. Pemeriksaan penunjang tambahan

o Hitung darah perifer lengkap (DPL)o Golongan darah ABO, Rh, dan uji pencocokan silango Fungsi hati (LDH, SGOT, SGPT)o Fungsi ginjal (ureum, kreatinin serum)o Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)o USG (terutama jika ada indikasi gawat janin/pertumbuhan

janin terhambat) Pertimbangan persalinan/terminasi kehamilan Pada ibu dengan eklampsia, bayi harus segera dilahirkan dalam 12 jam

sejak terjadinya kejang. Induksi persalinan dianjurkan bagi ibu dengan preeklampsia berat dengan

janin yang belum viable atau tidak akan viable dalam 1-2 minggu. Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana janin sudah viable namun

usia kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen ekspektan dianjurkan, asalkan tidak terdapat kontraindikasi (lihat algoritma di halaman berikut). Lakukan pengawasan ketat.

Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana usia kehamilan antara 34 dan 37 minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidak terdapat hipertensi yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin. Lakukan pengawasan ketat.

Pada ibu dengan preeklampsia berat yang kehamilannya sudah aterm, persalinan dini dianjurkan.

Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional ringan yang sudah aterm, induksi persalinan dianjurkan.

Tidak ada bukti yang menunjukkan manfaat dari pembatasan aktivitas (istirahat di rumah), pembatasan asupan garam, dan pemberian vitamin C dan E dosis tinggi

 

b. Tatalaksana Khusus

EDEMA PARU

Diagnosis

Sesak napas, hipertensi, batuk berbusa, ronki basah halus pada basal paru pada ibu dengan preeklampsia berat

Tatalaksana

Posisikan ibu dalam posisi tegak Berikan oksigen Berikan furosemide 40 mg IV. Bila produksi urin masih rendah (<30 ml/jam dalam 4 jam), pemberian

furosemid dapat diulang. Ukur keseimbangan cairan. Batasi cairan yang masuk.

SINDROMA  HELPP

Diagnosis

Hemolisis, peningkatan kadar enzim hati, dan trombositopeni

Tatalaksana

Lakukan terminasi kehamilan.

MAKALAH HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Penyakit hipertensi merupakan penyebab signifikan morbiditas dan

mortalitas maternal dan janin atau neonatus. Penyakit hipertensi dalam

kehamilanmerupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kahamilan atau

timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.  Penyakit ini sering dijumpai

dan masih merupakan salah satu kematian ibu. Di U.S.A misalnya 1/3 dari

kematian ibu disebabkan penyakit ini. Laporan tiga tahunan mengenai kematian

ibu di Inggris pada tahun 1997-1999 ( Lewis & Drife 2001 ) mengidentifikasi

bahwa gangguan hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab tersering kedua

kematian maternal dengan 5,2 kematian per satu juta ibu yang menderita pre-

eklamsi dan 2,4 per satu juta ibu yang menderita eklamsi. Hipertensi merupakan

penyakit medis yang paling sering terjadi pada kehamilan, terjadi pada kira-kira

10% dari seluruh kehamilan. Observasi yang cermat terhadap kondisi ini

mengidentifikasi bahwa insiden penyakit hipertensi bervariasi sesuai dengan

lokasi geografis dan ras.

B. Rumusan masalah

a. Apa definisi hipertensi dalam kehamilan?

b. Bagaimana etiologi hipertensi dalam kehamilan?

c.   Bagaimana manifestasi klinis hipertensi dalam kehamilan?

d. Bagaimana klisikasi penyakit hipertensi?

e. Bagaimana pencegahan penyakit hipertensi dalam kehamilan?

f. Bagaimana penatalaksanaan dan pendidikan pasien ?

g.   Bagaimana peran bidan terhadap hipertensi dalam kehamilan?

C. Tujuan

a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hipertensi dalam kehamilan.

b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi hipertensi dalam kehamilan.

c. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis hipertensi dalam kehamilan.

d. Mahasiswa dapat mengetahui klasifiksi penyakit hipertensi.

e.Mahasiswa dapat mengetahui cara pencegahan penyakit hipertensi dalam

kehamilan.

f. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan pendidikan

pasien dengan hipertensi.

g. Mahasiswa dapat mengetahui peran bidan terhadap hipertensi dalam kehamilan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi

Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih tinggi dari

140/90mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi

yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan. (Sumber: SANFORD,MD

tahun 2006).

Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas

dan keseatan secara umum adalah 120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka

pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas

atau berolahraga 

Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya

tekanan yang berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah

tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan angka

kesakitan dan angka kematian. Seseorang dikatakan mendetita tekanan darah

tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik >140 mmHg dan

diastolik >90 mmHg. (sumber : FK UI 2006)

Hipertensi karena kehamilan yaitu : hipertensi yang terjadi karena atau

pada saat kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri biasanya terjadi

pada usia kehamilan memasuki 20 minggu (sumber: kebidanan). (Ai Yeyeh

Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Hal: 167-168)

Hipertensi yaitu peningkatan tekanan sistolik sekurang- kurangnya 30

mmHg atau peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau

adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg dan tekanan diastolik

sekurang-kurangnya 90 mmHg. Hipertensi juga dapat ditentukan dengan tekanan

arteri rata-rata 105 mm Hg atau lebihatau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih

nilai-nilai yang disebutkan diatas harus bermanifesti sekurang-kurangnya dua

kesempatan dengan perbedaan waktu 6 jam atau lebih dan harus didasarkan pada

nilai tekanan darah sebelumnya yang diketahui.

Hipertensi kehamilan berkembangnya hipertensi selama kehamilan atau 24

jam pertama postpartum pada seseorang yang sebelumnya normotensi. Tak ada

petunjuk-petunjuk lain dari pre-eklamsia atau penyakit vaskuler hipertensi.

Teknan darah kembali dalam batas normal dalm sepuluh hari setelah persalinan.

Beberapa pasien dengan hipertensi kehamilan sebenarnya mungkin mengidap

preeklamsia atau penyakit vaskuler hipertensi, tetapi mereka tidak mempunyai

criteria untuk diagnosis ini.

Proteinuria yaitu adanya protein dalam urine dalam jumlah lebih besar

dari 0,3 g per liter urine 24 jam atau dalam konsentrasi lebih besar dari 1 gram per

liter (1+ sampai 2+ dengan metode turbidimetrik standard) pada kumpulan urine

sacara acak pada dua atau lebih kesempatan sekurang-kurangnya dengan beda

waktu 6 jam. Contoh urin harus bersih—sebaiknya urine midstream atau yang

diambil melalui kateter.

Edema yaitu akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam

jaringan umumnya ditampakan dengan adanya pembengkakan ekstremitas dan

bawah.

Pre-eklamsia yaitu berkembangnya hipertensi dengan pre-eklamsia atau

edema atau keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh

kehamilan yang sekarang. Biasanya keadaan ini timbul setelah usia kehamilan 20

minggu tetapi dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakkit

trofoblastik. Pre-eklamsia merupakan gangguan yang terutama terjadi pada

primigravida.

Eklamsia yaitu terjadinya satu atau beberapa kejang yang bukan

diakibatkan oleh keadaan serebral lain seperti epilepsi, atau perdarahan otak pada

pasien dengan pre-eklamsia. 

Pre-eklamsia atau eklamsia penyerta: berkembangnya pre-eklamsia atau

eklamsia pada pasien dengan penyakit vascular hipertensi kronik atau penyakit

ginjal. Bila hipertensi mendahului kehamilan , seperti yang diperlibatkan oleh

catatan tekanan darah sebelumnya, suatu peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg

atau peningkatan tekanan diastolic 15 mmHg dan berkembangnya proteinuria,

edema atau keduanya harus terjadi selama kehamilan untuk menetapkan

diagnostik. (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Hal :

236)

B.     Etiologi

Keturunan/genetik, obesitas, stress, rokok, pola makan yang salah,

emosioal, wanita yang mengandung bayi kembar, ketidak sesuaian RH, sakit

ginjal, hiper/hypothyroid, koarktasi aorta, gangguan kelenjar adrenal, gangguan

kelenjar parathyroid. ( Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Hal :

168)

C.    Manifestasi klinis

Gejala yang biasanya timbul pada ibu yang mengalami hipertensi pada

kehamilan harus diwaspadai jika ibu megeluh : nyeri kepala saat terjaga, kadang-

kadang disertai mual, muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium,

penglihatan kabur, ayunan langkah yang tidak mantap, nokturia, oadema

dependem dan pembengkakan.

D.    Klasifikasi Hipertensi

Kelainan yang menyebabkan hipertensi yang timbul sebagian akibat

kehamilan dan akan menghilang pada masa nifas seperti: hipertensi tanpa protein

urin atau oadema, preeklamsia ringan atau berat, eklamsia, hipertensi kronis,

kehamilan yang memperburuk hipertensi, hipertensi sementara (transient

hypertension). ( Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Hal : 168).

E.     Pencegahan Penyakit Hipertensi

Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar menghindari tekanan

darah tinggi adalah dengan mengubah kearah hidup sehat, tidak terlalu banyak

pikiran, mengatur diet/pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan

lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi

alkohol dan rokok, perbanyak makan mentimun, belimbing dan juga jus apel dan

seledri setiap pagi. Bagi yang mempunyai keluarga riwayat penyumbatan arteri

dapat meminum jus yang dicampur dengan susu nonfat yang mengandung

omega3 tinggi. ( Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Hal : 168)

Jika seseorang dicurigai hipertensi, maka dilakukan beberapa pemeriksaan

yaitu anamnesa adakah dalam keluarga yang menderita hipertensi. Dilakukan

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pegobatan nonfarmakologik,

mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan (IMT: >27), membatasi alkohol

dan menghentikan rokok serta mengurangi makanan berkolesterol/lemak jenuh.

Menghentikan konsumsi kopi yang berlebih, berolahraga ringan, mengurangi

asupan natrium (400 mmd Na/64 NaCL/hari) mempertahankan asupan kalsium

dan magnesium adekuat, perbanyak unsure kalium (buah-buahan), tidak banyak

pikiran, istirahat yang cukup. ( Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Patologi.

Hal : 169)

PREEKLAMSIA

Data Subjektif :

Kenaikan berat badan yang timbul secara cepat dalam waktu yang singkat

menunjukan adanya retensi cairan dan dapat merupakan gejala paling dini dari

preeklamsia. Pasien sadar akan edema yang menyeluruh , terutama pembengkakan

pada muka dan tangan. Keluhan yang umum adalah sesaknya cin-cin pada jari-

jarinya. Sebagai usaha untuk membedakan edema kehamilan, proses yang jinak,

dari preeklamsia, tekanan darah pasien harus diketahui.

Sakit kepala : meskipun sakit kepala merupakan gejala yang relative biasa

selam kehamilan, sakit kepala dapat juga menjadi gejala awal dari edema otak,

sebagai konsekuensinya, tekanan darah pasien harus ditentukan.

Gangguan penglihatan mungkin gejala dari preeklamsia berat dan dapat

menunjukan spasme arteriolar retina, iskema, edema, atau pada kasus-kasus yang

jarang, pelepasan retina

Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas menunjukan pembengkakan

hepar yang berhubungan dengan preeklamsia berat atau menandakan rupture

hematoma subkuler hepar.

Data Objektif :

Pemeriksaan umum : tekanan darah meningkat.

Edema menunjukan retensi cairan.edema yang dependen merupakan

kejadian yang normal selama kehamilan lanjut. Edema pada muka dan tangan

tampaknya lebih menunjukan retensi cairan yang patologik.

Kenaikan berat badan : kenaikan berat badan yang cepat merupakan suatu

petunjuk dari retensi cairan ekstravaskuler.

Pemeriksaan retina : spasme arteriolar dan kilauan retina dapat terlihat.

Pemeriksaan toraks: karena edema paru merupakan suatu komplikasi dari

preeklamsia berat , paru-paru harus diperiksa secara teliti.

Reflek tendon profunda (lutut dan kaki): hiperefleksia dan klonus merupakan

penunjuk dari peningkatan irtabilitas susunan syaraf pusat dan mungkin

meramalkan suatu kejang eklamsia

Pemeriksaan abdomen : rasa sakit daerah hepar merupakan suatu pertanda

potensial yang tidak menyenangkan dari preeklamsia berat dan dapat meramalkan

rupture dari hepar

Pemeriksaan uterus penting untuk menilai usia kehamilan, adanya

kontraksi uterus dan presentasi janin.

Pemeriksaan pelvis : keadaan pelviks dan stasi dari bagian terbawah

merupakan pertimbangan yang penting dalam merencanakan kelahiran

pervaginam atau per abdominan. (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan Obstetri dan

Ginekologi. Hal : 237)

Tes Laboratorium :

Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Apusan Darah : peningkatan

hematokrit dibandingkan nilai yang diketahui sebelumnya memberi kesan

hemokonsentrasi, atau menurunnya volume plasma. Jika hematokrit lebih rendah

dari yang diperkirakan, kemungkinan hemolisis intravaskuler akibat proses

hemolisis mikroangiopatik perlu dipertimbangkan. Analisa apusan darah tepi

dapat mengungkapkan sel-sel darah merah yang mengalami distorsi dan skitosit.

Urinalisis : proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien

dengan preeklamsia. Jika contoh urin yang diambil secara acak mengandung

protein 3+ atau 4+ atau urin 24 jam mengandung 5 g protein atau lebih ,

preeklamsia dikatakan ‘berat’. (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan Obstetri dan

Ginekologi. Hal : 238)

Keparahan Proses Penyakit :

Preeklamsia diklasifikasikan sebagai berat jika pasien mempunyai satu

dari tanda-tanda / gejala-gejala sebagai berikut :

1)    Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau diastolic 110 mmHg atau

lebih, pada sekurang-kurangnya dua pemeriksaan dengan interval 6 jam, dan

pasien dalam keadaan tirah baring.

2)       Proteinuria 5 gram atau lebih dalam urin 24 jam (3+ atau 4+ pada

pemeriksaan kualitatif

3)       Oliguria (500 ml atau kurang dari 24 jam).

4)       Gangguan otak atau visual.

5)       Nyeri epigastrum atau kuadran kanan atas.

6)       Edema paru atau sianosis

7)       Hemolisis

(Kapita Selekta, Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Hal : 238)

F.     Penatakaksanaan dan Pendidikan Pasien

Prinsip umum : preeklamsia menetap hingga kehamilan berakhir. Sebagai

konsekuensinya , kelahiran janin dan plasenta merupakan pengobatan satu-

satunya . tujuan penatalaksanaan adallah :

a.       Mencegah kejang dan komplikasi lainnya.

b.      Melahirkan bayi hidup.

c.       Melahirkan dengan trauma minimal terhadap ibu dan bayi.

d.      Mencegah keadaan patologik yang tersisa.

Pasien-pasien dengan tekanan darah yang meningkat diatas 140/90 mm Hg

harus dirawat inapkan untuk evaluasi. Perencanaan kelahiran tergantung pada :

a)         Umur kehamilan.

b)         Beratnya proses penyakit.

c)         Keadaan serviks.

Preeklamsia Ringan : bila aterm, kelahiran dianjurkan untuk mencegah

komplikasi ibu dan janin. Sebelum aterm, tirah baring dirumah sakit biasanya

dianjurkan sebagai usaha untuk mempertahankan pasien dalam pengawasan yang

cermat. Tekanan darah diperiksa 4x/ hari. berat badan, protein urin dan keluaran

urin diperiksa setiap hari. sebagai tambahan, jumlah trombosit, pengeluaran

estriol, nonstress test dan sonografi membantu evaluasi kesehatan ibu dan janin.

Preeklamsia berat : pasien dirawat inapkan dengan posisi tidur miring

(rateral combent position) untuk meningkatkan filtrasi glomerulus. Ttekanan

darah, berat badan, protein urin, masukan dan keluaran dipantau dengan ketat.

Tes-tes diagnostik dasar mengevaluasi beratnya proses penyakit dan keadaan

janin.

Terapi anti kejang : biasanya magnesium sulfat dinjurkan untuk mencegah

kejang terutama selama persalinan. Dosis awal 4 grm dilarutkan dalam 100 ml

dekstrosa 5% dan diberikan intravena dalam waktu 10 sampai 30 menit.

Kemudian diikuti dengan 1 sampai 2 g perjam dalam infuse intravena yang

diencerkan. Efek terapi magnesium sulfat dapat diperiksa secara klinis dengan

aktifitas reflex patella. Reflex dan klonus kaki yang hiperaktif memberi kesan

kebutuhan pengobatan yang meningkat . tidak adanya reflex menunjukan bahwa

kecepatan infuse harus dilambatkan atau dihentikan, karena hilangnya reflek

patella merupakan tanda pertama dari keracunan magnesium. Aliran urin dan

pernafasan harus dipantau secara ketat. (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan

Obstetri dan Ginekologi. Hal : 239-240)

Komplikasi-komplikasi maternal meliputi eklamsia, solution plasenta,

gagal ginjal, nekrosis hepar, rupture hepar, DIK, anemia hemolitik

mikroanglopatik, perdarahan otak, edema paru dan pelepasan retina.

Komplikasi-komplikasi janin meliputi prematuritas, insufiensi utero-

plasental, retardasi pertumbuhan intrauterine dan kematian janin intrauterine.

A.    Peran Bidan Terhadap Hipertensi dalam Kehamilan

Hal – hal yang harus bidan lakukan dalam pengelolaan dini hipertensi pada

kehamilan yaitu:

a.       Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan,

termasuk pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar.

b.      Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari.

c.       Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau berbaring

dengan posisi yang sama pada tiap kali pengukuran ( Letakkan tensimeter di

tempat yang datar  setinggi jantung ibu hamil dan gunakan ukuran manset yang

sesuai)

d.      Catat tekanan darah

e.       Jika tekanan darah diatas 140/90 mmhg atau peningkatan diastole 15 mmhg atau

lebih (sebelum 20 minggu),ulangi pengukuran tekanan darah dalam 1 jam.Bila

tetap maka berarti ada kenaikan tekanan darah.Periksa adanya edema terutama

pada wajah atau pada tungkai baeah /tulang kering atau daerah sacral.

f.       Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urin terhadap

albumin pada setiap kali kunjungan.

g.      Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika : Tekanan darah sangat tinggi,

kenaikan tekanan darah  naik secara tiba- tiba,berkurangnya air seni( sedikit dan

berwarna gelap),edema berat yang timbul mendadak,khususnya pada

wajah/daerah sacral

h.      Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema sedangkan doker tidak mudah

dicapai maka pantaulah tekanan darah, periksa protein urin terhadap protinuria

dan denyut jantung janin dengan seksama pada keesokan harinya atau sesudah 6

jam istirahat.

i.        Jika tekanan darah tetep naik ,rujuk untuk pemeriksaan lanjutan walaupun tidak

edema atau proteinuria.

j.        Jika tekanan darah kembali normal atau kenaikannya kurang dari 15 mmhg:

a)       Beri informasi atau penjelasan pada ibu hamil ,suami atau keluarga tentang tanda-

tanda eklamsia yang mengancam ,khususnya sakit kepala ,pandangan kabur, nyeri

ulu hati dan pembengkakan pada kaki/punggung/wajah.

b)       Jika tanda-tanda diatas ditemukan segera rujuk ke rumah sakit

k.      Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.

l.        Catat semua temuan pada KMS ibu hamil / buku KIA.

G.    Peran Bidan Terhadap Hipertensi dalam Kehamilan

Hal – hal yang harus bidan lakukan dalam pengelolaan dini hipertensi pada

kehamilan yaitu:

a.       Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan,

termasuk pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar.

b.      Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari.

c.       Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau berbaring

dengan posisi yang sama pada tiap kali pengukuran ( Letakkan tensimeter di

tempat yang datar  setinggi jantung ibu hamil dan gunakan ukuran manset yang

sesuai)

d.      Catat tekanan darah

e.       Jika tekanan darah diatas 140/90 mmhg atau peningkatan diastole 15 mmhg atau

lebih (sebelum 20 minggu),ulangi pengukuran tekanan darah dalam 1 jam.Bila

tetap maka berarti ada kenaikan tekanan darah.Periksa adanya edema terutama

pada wajah atau pada tungkai baeah /tulang kering atau daerah sacral.

f.       Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urin terhadap

albumin pada setiap kali kunjungan.

g.      Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika : Tekanan darah sangat tinggi,

kenaikan tekanan darah  naik secara tiba- tiba,berkurangnya air seni( sedikit dan

berwarna gelap),edema berat yang timbul mendadak,khususnya pada

wajah/daerah sacral

h.      Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema sedangkan doker tidak mudah

dicapai maka pantaulah tekanan darah, periksa protein urin terhadap protinuria

dan denyut jantung janin dengan seksama pada keesokan harinya atau sesudah 6

jam istirahat.

i.        Jika tekanan darah tetep naik ,rujuk untuk pemeriksaan lanjutan walaupun tidak

edema atau proteinuria.

j.        Jika tekanan darah kembali normal atau kenaikannya kurang dari 15 mmhg:

a)       Beri informasi atau penjelasan pada ibu hamil ,suami atau keluarga tentang tanda-

tanda eklamsia yang mengancam ,khususnya sakit kepala ,pandangan kabur, nyeri

ulu hati dan pembengkakan pada kaki/punggung/wajah.

b)       Jika tanda-tanda diatas ditemukan segera rujuk ke rumah sakit

k.      Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.

l.        Catat semua temuan pada KMS ibu hamil / buku KIA.

BAB III

PENUTUP

A.        Kesimpulan

Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih tinggi dari

140/90mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi

yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan. (Sumber: SANFORD,MD

tahun 2006).

Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas

dan keseatan secara umum adalah 120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka

pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas

atau berolahraga 

B.        Saran

a.    Saran Untuk Tenaga Kesehatan :

Penyusun berharap hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami

tentang macam-macam penyakit yang terjadi pada ibu hamil terutama Hipertensi

pada kehamilan. Serta bagaiman tindakan kita untuk mengatasinya.

b.   Saran Untuk Institusi :

Penyusun berharap agar makalah tentang Hipertensi pada Kehamilan ini dapat

dijadikan referensi buku di perpustakaan Institusi STIKes Indramayu.

c.    Saran Untuk Mahasiswa :

Penyusun berharap agar mahasiswa prodi DIII Kebidanan lebih mengetahui

tentang penyakit yang terjadi pada ibu hamil. Serta dapat menerapkan saat praktek

di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah.2010. Asuhan kebidanan 4 Patologi. Jakarta: Tim

Kapita Selekta. Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

http://chiiviolet.blogspot.com/2013/12/makalah-kehamilan-dengan-

hipertensi.html


Recommended