1
MAKALAH
PERTANIAN ORGANIK
Disusun untuk memenuhi tugas pengganti ujian Mid Semester 3 mata kuliah Geografi
Ekonomi
Dosen pengampu : Ibu Sriadi Setyowati, M.Si
Oleh :
JANU MUHAMMAD
NIM 11405241002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pertanian Organik” ini dengan lancar.
Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas pengganti ujian Mid Semester 3 mata
kuliah Geografi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNY.
Selanjutnya kami akan ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Sriadi Setyowati, M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah geografi
ekonomi.
2. Orang tua saya yang selalu memberikan doa dan dukungannya
3. Serta teman-teman kelas A jurusan Pendidikan Geografi UNY 2011 yang
selalu memberikan dukungannya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik
dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi perbaikan karya selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat.
Yogyakarta, 30 Desember 2012
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, negara-negara industri mulai berpendapat
bahwa “paket pertanian modern yang memberikan hasil panen tinggi ternyata
menimbulkan dampak terhadap lingkungan” (McGuinness, 1993). Paket teknologi
pertanian modern yang dimaksud termasuk : penggunaan varietas unggul berproduksi
tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia/sintetis, dan penggunaan mesin-mesin pertanian untuk
mengolah tanah dan memanen hasil.
Pertama kali yang melontarkan peringatan tentang masalah yang ditimbulkan
akibat pertanian modern adalah seorang pakar biologi Rachel Carson (1962) dalam
bukunya “Silent Spring”. Pandangannya yang dianggap kontroversial pada waktu bahwa
pestisida kimia sebagai salah satu paket pertanian modern selalu bersifat toksik pada
organisme lain bukan target/bukan pengganggu tanaman. Sejak saat itu risiko penggunaan
bahan kimia pertanian mulai mendapatkan perhatian dari pakar lingkungan, di samping
mulai muncul masalah-masalah lingkungan lain akibat penggunaan paket pertanian
modern.
Sejalan dengan makin banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh paket pertanian
modern, seperti pestisida, herbisida, dan pupuk kimia terhadap lingkungan, maka dampak
negatif paket pertanian modern mulai mendapatkan perhatian. Meskipun pakar lingkungan
mulai memperhatikan masalah yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia
pertanian sejak 20 tahun sebelumnya, tetapi perhatian terhadap dampak penggunaan pupuk
kimia muai tampak pada akhir tahun tujuh puluhan, setelah residu pupuk, terutama
nitrogen, mulai diketahui telah mencemari air tanah sebagai sumber air minum dan bahaya
yang ditimbulkannya terhadap kesehatan manusia.
Dalam 25 tahun mendatang kebutuhan pangan akan semakin meningkat sejalan
dengan meningkatnya penduduk Indonesia. Dengan demikian, kebutuhan masukan
teknologi tinggi berupa pupuk makin meningkat, demikian juga kebutuhan pestisida akan
lebih besar daripada yang diperlukan sekarang. Dengan makin meningkatnya kebutuhan
masukan energi tinggi, maka biaya produksi yang diperlukan akan lebih besar. Hal ini
merupakan tantangan para pakar bidang pertanian untuk mencari teknologi alternatif
dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik dan tentunya
menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
4
Banyak pakar pertanian dan lembaga swadaya masyarakat internasional berusaha
mengembangkan pertanian alternatif yang bertujuan untuk merehabilitasi kondisi tanah
yang sedang sakit. Salah satu usaha meningkatkan kesehatan tanah adalah membangun
kesuburan tanah yang dilaksanakan dengan meningkatkan kandungan bahan organik
melalui kearifan tradisional atau menggunakan masukan dari dalam usaha tani itu sendiri
(Sutanto, 2000a).
Penggunaan pupuk hijau, pupuk hayati, peningkatan biomassa, penyiapan kompos
yang diperkaya dan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit cara hayati diharapkan
mampu memperbaiki kesehatan tanah sehingga tanaman dapat ditingkatkan tetapi aman
bagi manusia, yaitu melalui pertanian organik. Pada saat ini perhatian untuk menggali
kembali dan melaksanakan pertanian alternatif, dalam hal ini pertanian organik makin
besar. Pertanian alternatif lebih menitikberatkan pada penggunaan masukan dari dalam
usaha tani melalui proses daur ulang. Pertanian organik menjadi suatu pilihan bagi
pertanian masa depan, di mana manusia yang selalu berinovasi tetap bisa melaksanakan
program pertanian tanpa merusak lingkungan. Dengan konsep daur ulangnya, pertanian
organik tentunya mempunyai keunggulan serta kelemahan. Dalam makalah ini juga akan
dibahas faktor-faktor penentu suksesnya pertanian organik atau faktor yang
mempengaruhinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Apa pengertian dari pertanian organik ?
2. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari pertanian organik ?
3. Mengapa harus dilaksanakan pertanian organik ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pertanian organik ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian dari pertanian organik
2. Mengetahui keunggulan dan kelemahan dari pertanian organik
3. Mengetahui alasan harus dilaksanakan pertanian organik
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertanian organik
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertanian Organik
Istilah umum ‘pertanian’ berarti kegiatan menanam tanaman yang nantinya
menghasilkan sesuatu yang dapat dipanen, dan kegiatan pertanian merupakan campur tangan
manusia terhadap tetumbuhan asli dan daur hidupnya. Dalam pertanian modern campur
tangan ini semakin jauh dalam bentuk masukan bahan kimia pertanian, termasuk : pupuk
kimia, pestisida, dan bahan pembenah tanah lainnya. Bahan-bahan tersebut mempunyai
peranan yang cukup besar dalam meningkatkan produksi tanaman. Akan tetapi, apabila dua
istilah “pertanian alami” dan “pertanian organik” kita kaji lebih mendalam, maka
pengertiannya berbeda.
Istilah yang pertama “pertanian alami” mengisyaratkan kekuatan alam mampu
mengatur pertumbuhan tanaman, sedang campur tangan manusia tidak diperlukan sama
sekali. Istilah yang kedua “pertanian organik” yaitu pertanian dengan campur tangan manusia
lebih intensif untuk memanfaatkan lahan dan berusaha meningkatkan hasil berdasarkan
prinsip daur ulang yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat (Sutanto, 1997a).
Gambar Lahan Pertanian Organik
Istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang
secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat
meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat.
Mereka juga berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara
memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumber daya alami seperti mendaur-ulang
6
limbah pertanian. Dengan demikian, pertanian organik merupakan suatu gerakan “kembali ke
alam”.
Prinsip ekologi dalam pertanian organik dapat dipilahkan sebagai berikut :
1. Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman,
terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.
2. Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen,
penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.
3. Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara
mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.
4. Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan
melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman.
5. Pemanfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan
bersifat sinergisme dengan cara mengombinasikan fungsi keragaman sistem
pertanaman terpadu.
Referensi : Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.
B. Keunggulan dan Kelamahan Pertanian Organik
Pertanian organik tidak hanya sekadar menghasilkan bahan pangan yang aman bagi
kesehatan manusia, tetapi merupakan suatu pendekatan menuju gaya hidup yang lain. Di
tengah masalah pertanian yang cukup banyak dan kompleks, ternyata pertanian organik telah
berkembang di seluruh dunia. Banyak negara yang telah menerima dan melaksanakan aturan
pertanian organik menuju pertanian berkelanjutan sekaligus perlindungan terhadap
lingkungan. Pertanian organik mempunyai keunggulan (manfaat) maupun kekurangannya
(kendala) antara lain :
1. Keunggulan
- Tidak memakai zat kimia, hanya memakai pupuk organik/pupuk hayati sebagai
pemasok unsur haranya. Hal ini jelas akan aman dan sehat untuk perkembangan
tanaman.
- Pertanian organik akan menghemat penggunaan hara tanah, berarti akan
memperpanjang umur produktif tanah.
- Melindungi tanah terhadap kerusakan karena erosi dan mencegah degradasi tanah
karena kerusakan struktur tanah (pemampatan tanah).
7
- Meningkatkan penyediaan lengas tanah sehingga menghindarkan risiko
kekeringan.
- Melindungi pertanaman terhadap cekaman (stres) oleh unsur-unsur yang ada di
dalam tanah (Fe, Al, Mn) atau yang masuk ke dalam tanah dari bahan-bahan
pencemar jenis logam berat.
- Tidak membahayakan kehidupan flora fauna tanah, bahkan dapat menyehatkannya,
berarti mempunyai daya memelihara ekosistem tanah.
- Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya atas sumber daya air
karena zat-zat kimia yang terkandung berkadar rendah dan berbentuk senyawa
yang tidak mudah larut.
- Berharga murah karena pupuk organik terutama dihasilkan dari bahan-bahan yang
tersediakan di dalam usaha tani itu sendiri dan pupuk hayati hanya diperlukan
dalam jumlah yang relatif sedikit, sehingga dapat menekan biaya produksi.
- Merupakan teknologi berkemampuan ganda, sebagai sumber hara dan pembenah
tanah, sehingga cocok sekali untuk diterapkan pada tanah-tanah dengan persoalan
ganda yang terdapat cukup luas terutama di luar pulau Jawa.
- Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang
serta memelihara kelestarian alam dan lingkungan. Pemakaian kompos, misalnya,
akan menciptakan lingkungan tanah, air dan udara yang sehat yang merupakan
syarat utama bagi tumbuhnya komoditi pertanian yang sehat karena: (1)
Memperbaiki struktur tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan perakaran
tanaman yang sehat; (2) Menyediakan unsur hara, vitamin dan enzim yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh sehat; (3) Menyediakan tempat (inang)
bagi berbagai hama dan penyakit tanaman sehingga tidak menyerang tanaman.
- Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang,
serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan;
- Menghasilkan makanan yang cukup, aman, dan bergizi sehingga meningkatkan
kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis;
8
Gambar Produk Pertanian Organik
2. Kelemahan
Dalam penerapannya pertanian organik banyak mengalami kendala/kelemahan berupa
keruahan (bulkiness) pupuk organik, takarannya harus banyak, dan dapat menghadapi
persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah
organik dalam jumlah yang cukup.
a. Kesalahan persepsi
Masyarakat awam menganggap produk organik adalah produk yang bagus
tidak hanya dari segi kandungan nutrisi namun juga penampilan produknya.
Kenyataannya produk organik tidaklah selalu bagus, sebagai contoh daun
berlobang dan berukuran kecil, karena tidak menggunakan pestisida dan zat
perangsang tumbuh atau pupuk anorganik lainnya. Pada awal kegiatan pertanian
organik, kuantitas produksi seringkali tidak sesuai harapan dan berada di bawah
produktivitas pertanian anorganik.
Petani terbiasa menggunakan pupuk anorganik yang akan memberikan
respon cepat pada tanaman, sebagai contoh pemupukan Tanaman dengan
pemupukan organik mengindikasikan pengaruh perubahan pertumbuhan tanaman
tergolong lambat. Pada musim ketiga dan seterusnya, efek pupuk organik tersebut
menunjukkan hasil yang nyata perbedaannya dengan pertanian non organik. Ini
berarti bahwa pertanian organik di tahun-tahun awal akan mengalami banyak
kendala dan membutuhkan modal yang cukup untuk bertahan, namun pada tahun
berikutnya kendala yang dihadapi semakin berkurang sejalan dengan peningkatan
9
kesuburan tanah. Beberapa pemahaman terhadap pertanian organik yang masih
keliru adalah :
(i) Biaya mahal. Penggunaan bahan dalam jumlah yang banyak, penggunaan
pestisida, dan pupuk pelengkap cair organik dianggap memerlukan biaya yang
mahal.
(ii) Memerlukan banyak tenaga kerja. Penggunaan bahan organik dalam jumlah
yang banyak dipersepsikan akan memerlukan tenaga kerja yang banyak baik
untuk pengangkutan maupun aplikasinya.
(iii) Kembali pada sistem pertanian tradisional. Pertanian organik banyak
dipersepsikan sebagai usaha pertanian yang bersifat mundur pada cara
usahatani sebelum teknologi bahan kimia diintroduksikan. pertanian organik
modern sangat berbeda dengan pertanian alamiah di jaman dulu. Pertanian
organik modern dibutuhkan teknologi bercocok tanam, penyediaan pupuk
organik, pengendalian hama dan penyakit menggunakan agen hayati atau
mikroba serta manajemen yang baik untuk kesuksesan pertanian organik
tersebut.
(iv) Produksi rendah. Perubahan pertanian anorganik secara drastis ke pertanian
organik pada tahap awal akan menurunkan produksi, namun dalam jangka
panjang produksi akan semakin meningkat.
Kesalahan persepsi antara lain disebabkan oleh minimnya informasi tentang
pertanian organik. Informasi mengenai produk organik masih sangat minim.
Kesalahan persepsi tentang pertanian organik perlu diatasi melalui peningkatan
penyebaran informasi dan penyuluhan yang intensif.
b. Penyediaan pupuk organik
Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara
utama. Sistem pertanian organik mensyaraktan ketersediaan hara bagi tanaman
harus berasal dari pupuk organik. Kenyatannya pupuk organik memiliki
kandungan hara per satuan berat kering bahan jauh di bawah hara yang dihasilkan
oleh pupuk anorganik, seperti Urea, TSP dan KCl. Untuk memenuhi kebutuhan
dasar tanaman (minimum crop requirement) dapat membuat petani kewalahan.
Umumnya petani kita bukan petani mampu yang memiliki lahan dan ternak
sekaligus, sehingga mereka mesti membeli dari sumber lainnya dan ini
membutuhkan biaya yang cukup tinggi disamping tenaga yang lebih besar.
10
Gambar Kompos sebagai Pupuk Organik
Dari perspektif penyediaan bahan organik, beberapa kelemahan pertanian
organik adalah :
- Kesediaan bahan organik terbatas, sedangkan takaran yang dibutuhkan untuk
pertanian organik harus banyak.
- Transportasi bahan organik relatif mahal karena bahan organik bersifat meruah.
- Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain (mis. dengan peternakan)
dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah organik.
- Tidak adanya bonus harga produk pertanian organik
c. Kesiapan teknologi pendukung
Teknologi pertanian organik, baru dikenal masyarakat dalam beberapa
tahun terakhir, sehingga wajar apabila ketersediaan teknologi pendukung masih
terbatas. Teknik bercocok tanam yang benar seperti pemilihan rotasi tanaman
dengan mempertimbangkan efek allelopati dan pemutusan siklus hidup hama perlu
diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat menyumbangkan hara tanaman
seperti legum sebagai tanaman penyumbang nitrogen dan unsur hara lainnya
sangatlah membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu teknologi
pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada
pembudidaya pertanian organik di musim hujan.
11
d. Pemasaran
Pemasaran produk organik di dalam negeri sampai saat ini hanyalah
berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak yaitu konsumen dan produsen.
pemasaran produk organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional
meskipun sudah ada beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar
international tersebut. Kendala utama adalah sertifikasi produk oleh suatu badan
sertifikasi yang sesuai dengan standar pertanian organik yang ditetapkan oleh
negara yang akan dituju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait
dengan standar mutu produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut
berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup
luas. Masing-masing produsen melabel produknya sebagai produk organik, namun
kenyatannya banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia
atau menggunakan pestisida untuk pengendalian hama penyakit tanaman. Petani
yang benar-benar melaksanakan pertanian organik tentu saja akan merugi.
e. Sertifikasi
Lembaga standarisasi pertanian organik yang ada saat ini adalah 1) Standar
Internasional Standar International Federation of Organik Agriculture Movements
(IFOAM). Standar dasar untuk produk organik dan prosesnya dari IFOAM sejak
1980, 2) The Codex Alimentarius. Standar yang disusun dengan penyesuaian
standar IFOAM dengan beberapa standar dan aturan lain, 3) National dan
supranational regional, dan 4) Standard yang dibuat di setiap negara dan 5) Standar
pertanian organik di Indonesia, tertuang dalam SNI 01-6729-2002. Sistim
pertanian organik menganut paham organik proses, artinya semua proses sistim
pertanian organik dimulai dari penyiapan lahan hingga pasca panen memenuhi
standar budidaya organik, bukan dilihat dari produk organik yang dihasilkan. SNI
sistem pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya
juga harus di akreditasi oleh Deptan melalui PSA (Pusat Standarisasi dan
Akreditasi).
Bila dilihat kondisi petani di Indonesia, hampir tidak mungkin mereka
mendapatkan label sertifikasi dari suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam
negri. Luasan lahan yang dimiliki serta biaya sertifikasi yang tidak terjangkau,
menyebabkan mereka tidak mampu mensertifikasi lahannya. Satu-satunya jalan
adalah membentuk suatu kelompok petani organik dalam suatu kawasan yang luas
12
yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan demikian mereka dapat pembiayaan
sertifikasi usaha tani mereka secara gotong royong. Hal ini pun masih sangat
tergantung pada kontinuitas produksi mereka.
f. Penelitian dan pengkajian
Kelemahan dalam pengembangan pertanian organik dalam aspek penelitian
dan pengkajian adalah belum memadainya hasil pengkajian yang diperlukan
dalam pengembangan pertanian organik di antaranya :
- Penelitian mendalam terhadap sistim pertanian organik. Banyak bidang
penelitian yang terkait dalam mendukung perkembangan pertanian organik.
Dimulai dari kajian tentang penyediaan mikroba yang dapat mendekomposisi
bahan organik dalam waktu singkat, sehingga penyediaan pupuk organik dapat
terpenuhi Penelitian tentang kesesuaian tanaman yang ditanam secara
multikultur, dan pemutusan siklus hama dengan rotasi tanaman. Hingga saat ini
belum ada hasil penelitian yang dapat menjelaskan hal tersebut, petani hanya
mencoba-coba dari beberapa kali pengalaman mereka bercocok tanam tersebut.
- Penelitian pengendalian hama dan penyakit tanaman secara alami. Kegagalan
panen merupakan ancaman besar buat petani, sehingga sangat dibutuhkan riset
tentang bahan alami yang mengandung bahan insektisida dan penerapannya
dalam pertanian.
- Penelitian neraca hara dalam jangka waktu panjang.
- Kajian di segi pemasaran dan ekonomi juga akan sangat berperan dalam
menembus pasar internasional produk organik Indonesia.
Referensi :
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.
Artikel Pertanian Organik http://a289431visidanmisi.blogspot.com/2012/02/sistim-
pertanian-organik.html diunduh pada tanggal 29/12/2012 Pukul 21:09:08
C. Alasan Pemilihan Pertanian Organik
Sejak dekade terakhir karakter pertanian telah mengalami perubahan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, industri mesin dan bahan kimia. Meskipun telah berhasil
mendorong kenaikan produksi pangan, tetapi tidak berarti tanpa pengaruh samping. Secara
simultan ternyata petani memperhatikan kondisi ekosistem dan lingkungan, dengan
13
dikembangkan metode budi daya dan pengolahan yang dianggap berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
Apabila hasil pertanian organik diolah, maka yang perlu diperhatikan adalah kualitas
hasil. Hal ini dapat dicapai dengan penanganan terpadu, membatasi pengolahan, teknologi
hemat energi, dan membatasi penggunaan bahan aditif termasuk pewarna dan bahan pengolah
lainnya. Pertanian organik akan banyak memberikan kontribusi pada lingkungan masa depan
manusia. Adapun tujuan utama pertanian organik dan pengolahannya berdasarkan atas
beberapa prinsip, yaitu :
1. Menghasilkan pangan berkualitas tinggi dalam jumlah yang cukup.
2. Melaksanakan interasksi secara konstruktif dan meningkatkan ketahanan hidup sesuai
proses daur-ulanh dan sistem alami.
3. Memperhitungkan lebih luas dampak sosial dan ekologi produksi organik dan sistem
pengolahannya.
4. Mendorong dan meningkatkan daur biologi dalam sistem usaha tani dengan melibatkan
mikroorganisme, tanah, flora, fauna, tanaman, dan ternak.
5. Mengembangkan ekosistem perairan yang menguntungkan dan berkelanjutan.
6. Mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang secara
berkelanjutan.
7. Mempertahankan keragaman genetika dalam sistem produksi dan lingkungan sekitarnya,
termasuk perlindungan tanaman dan habitat asli.
8. Mempromosikan penggunaan air yang hemat dan menyehatkan, perlindungan sumber
daya air dan semua kehidupan yang ada di dalamnya.
9. Memanfaatkan sumber daya terbarukan yang pada kondisi loka menentukan sistem
produksi secara optimal.
10. Menekan sekecil mungkin semua bentuk pencemaran.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pertanian Organik
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pertanian organik,
yaitu:
1. Adanya peningkatan biomasa. Pengembangan jenis pohon yang cepat tumbuh di
sekitar lokasi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk meningkatkan
bahan organik.
2. Kompos, dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk meningkatkan bahan organik.
14
3. Pupuk hayati, pengembangannya didasarkan pada potensi mikroorganisme yang ada
di Indonesia, di lain pihak pupuk hayati yang harus diimpor perlu dikembangkan
teknologinya di Indonesia (alih teknologi),
4. Pestisida hayati. Bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
untuk perlindungan tanaman, saat ini perhatian dan pengguaannya masih sangat
terbatas, sehingga terbuka peluang lebih besar dalam menggali keragamaan sumber
daya hayati.
5. Pengetahuan/teknologi tradisional. Diperlukan usaha untuk menggali kembali
kearifan tradisional dengan ilmiah dan mengembangkan teknologi ramah lingkungan.
6. Keragaman daur-ulang limbah organik dan pemanfaatannya untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah.
7. Memadukan sumber daya organik dan anorganik pada sistem pertanian di laha basah
dan lahan kering.
8. Mengembangkan sistem pertanian berwawasan konservasi di lahan basah dan lahan
kering.
9. Memanfaatkan bermacam-macam jenis limbah sebagai sumber nutrisi tanaman.
10. Reklamasi dan rehabilitasi lahan dengan menerapkan konsep pertanian organik.
11. Perubahan dari tanaman semusim menjadi tanaman keras di lahan kering harus
dipadukan dengan pengembangan ternak, pengilahan minimum dan pengolahan
residu pertanian.
12. Mempromosikan pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh pertanian untuk
memperbaiki citra dan tujuan pertanian organik.
13. Memanfaatkan kotoran ternak yang berasala dari unggas, babi, ayam, itik, kambing,
dan kelinci sebagai sumber pakan ikan.
14. Adanya usaha perlindungan tanaman dan variasi pengembangan tanaman.
Referensi : Jumin, Hasan. 2010. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: Rajawali Pers.
15
Selain itu, untuk menyukseskan penerapan pertanian organik di Indonesia, juga perlu
diperhatikan peranan dari masing-masing pihak.
Fungsi Aktor/Pelaksana
Produksi Pekebun
Petani
Petani musiman
Kelompok tani
Pengolahan Hasil Industri rumah tangga
Koperasi
Agroindustri/Perusahaan swasta
Pemasaran Pemasaran dari pintu ke pintu
Pasar tradisional/swalayan
Konsumen organik/Lembaga swadaya
Kadin/importir/eksportir
Informasi Pnikendampingan petani-peneliti
LSM organik
Universitas dan lembaga penelitian
Media cetak dan elektr
Promosinik
LSM organik
Konsumen produk organik
Media cetak dan elektro
Toko produk organik
Penelitian Produsen dan pengolahan produk organik
LSM organik
Universitas dan lembaga penelitian
Pendidikan LSM organik dan peduli lingkungan
Sekolah dasar dan menengah
Akademi dan universitas
Pendampingan petani Antar petani organik
LSM organik
Pola kemitraan
Penyuluh pertanian (PPL dan PPS)
Pengawasan Lembaga pemerintah
16
LSM organik dan peduli lingkungan
Sektor swasta
Koordinasi Pemerintah pusat/antadepartemen
Pemerintah daerah
LSM organik
Penyusunan normatif LSM organik (internal)
Pemerintah (peraturan)
Lembaga dunia FAO/WHO/UNESCO
Pendanaan Hasil penjualan lembaga swadaya
Individu/BUMN/swasta
Donor dalam/luar negeri
Pemerintah
Sektor perbankan
Kebijakan Pemerintah
DPR
LSM organik dan peduli lingkungan
Konsumen
Strategi pengembangan dan pemasyarakatan pertanian organik :
1. Teknologi pertanian konvensional tetap dilaksanakan terutama di wilayah yang
mempunyai sarana dan prasarana pendukung. Sedang konsep pertanian organik
diterapkan di wilayah yang kurang diminati dan tidak tersentuh teknologi
konvensional, termasuk lahan kering, lahan marginal, pekarangan, dan kebun.
2. Dampak teknologi konvensional terhadap ekosistem dan lingkungan perlu
dievaluasi dan dicari usaha pemecahannya, baik menyangkut penggunaan
pestisida, pupuk kimia, maupun bahan kimia pertanian lainnya.
3. Untuk memasyarakatkan di kalangan petani, maka prinsip pertanai organik perlu
dimasukkkan ke dalam paket teknologi pertanian. Untuk itu diperlukan dukungan
kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan spesifikasi komoditas yang
meliputi : teknik budi daya dan pengelolaan usaha tani, mulai dari awal sampai
pasca panen.
17
4. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Pengelolaan Hara/Nutrisi Terpadu (PNT)
merupakan langkah awal dalam periode transisi sebelum mengarah pada
pengembangan pertanian organik murni dan diperlukan usaha untuk
memasyarakatkan lebih luas.
5. Praktik produksi pertanian berkelanjutan pada berbagai sistem usaha tani perlu
dikembangkan dengan memeprhatiak kondisi agroekosistem.
6. Diperlukan pengetahuan melalui jalur pendidikan dan pelatihan tentang kesehatan
tanah dan perlindungan tanaman secara organik untuk materi penyuluhan
tanaman.
7. Diperlukan keterapan mekanisme sertifikasi, akreditasi, dan labelisasi untuk
menjamin mutu produk organik.
8. Senantiasa menjaga unsur hara dalam tanah, memperoleh unsur hara dari kotoran
ternak untuk kesuburan tanah.
Referensi :
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.
Reijntjes, Coen dkk. 1992. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta: Kanisius.
18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan akhir dari pembahasan makalah ini yaitu :
1. pertanian organik adalah pertanian dengan campur tangan manusia lebih intensif
untuk memanfaatkan lahan dan berusaha meningkatkan hasil berdasarkan prinsip
daur ulang yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat.
2. Pertanian organik mempunyai keunggulan atau manfaat dan juga kelemahan atau
kendala dalam pelaksanaanya di Indonesia.
3. Pertanian organik dipilih karena sesuai dengan kondisi ekosistem dan lingkungan,
dengan dikembangkan metode budi daya dan pengolahan yang dianggap berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan dengan meminimalkan segala bentuk pencemaran.
4. Faktor penentu keberhasilan pertanian organik tidak hanya pada pelaksanaannya di
alapangan, tetapi jiga mengarah pada aktor pelaksana dalam menjalankan fungsinya
masing-masing.
B. Saran
Saran yang bisa diberikan untuk pengembangan pertanian organik di Indonesia :
1. Perlu adanya pendidikan dan pelatihan pertanian organik bagi masyarakat.
2. Perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan tentang pertanian organik.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut guna menyesuaikan perkembangan pertanian
organik di Indonesia.
4. Perlu ada mekanisme arah kebijakan yang jelas dari pemerintah tentang pelaksanaan
pertanian organik bagi petani.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.
Reijntjes, Coen dkk. 1992. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta: Kanisius.
Jumin, Hasan. 2010. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: Rajawali Pers.
Artikel Pertanian Organik http://a289431visidanmisi.blogspot.com/2012/02/sistim-
pertanian-organik.html diunduh pada tanggal 29/12/2012 Pukul 21:09:08